TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordiantor Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim laju inflasi Indonesia sepanjang November masih terkendali. Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis indeks harga konsumen November mengalami inflasi 5,42 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy).
“Pencapaian inflasi Indonesia masih tetap terkendali di tengah tren inflasi tinggi yang masih terjadi di berbagai negara,” ujar Airlangga Hartarto dalam keterangannya seperti dikutip pada Jumat, 2 Desember 2022.
Ketua Umum Partai Golkar ini pun membandingkan dengan beberapa negara, seperti Uni Eropa yang inflasinya menembus 10 persen (yoy) pada November 2022. Kemudian, India dan Amerika Serikat masing-masing sebesar 6,77 persen (yoy) dan 7,7 persen (yoy).
Baca juga: Indef Prediksi Inflasi November Tembus 0,3 Persen, Harga Beras Jadi Pendorong Terbesar
Adapun inflasi RI per November melandai dari posisi Oktober 2022 yang sebesar 5,71 persen (yoy). Penurunan ini ditopang inflasi volatile food (VF) yang melorot karena pengendalian harga. Sementara itu secara bulanan atau month-to-month (mtm), inflasi November menembus 0,09 persen.
Berdasarkan komponennya, volatile food tercatat mengalami deflasi sebesar 0,22 persen (mtm) atau 5,70 persen (yoy). Secara bulanan, komoditas yang menyumbang deflasi antara lain cabai merah dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,08 persen dan 0,03 persen.
Adapun beberapa komoditas pangan yang menyumbang terhadap inflasi November ialah telur ayam ras, tomat, beras, tempe, tahu mentah dan bawang merah. Komoditas beras juga masih mengalami inflasi namun mulai melemah. Sementara itu, inflasi inti tetap stabil pada kisaran 3 persen.
Komponen administered prices (AP) atau barang yang diatur mengalami inflasi sebesar 0,14 persen (mtm) atau 13,01 persen (yoy). Angka ini menurun dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 0,33 persen (mtm) atau 13,28 persen (yoy).
Komoditas AP yang menyumbang inflasi November ialah rokok kretek filter dan rokok putih. Kenaikan tersebut disebabkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) tertimbang yang dikerek 10 persen.
Di sisi lain, adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) mendukung penurunan inflasi. “Dampak dari penyesuaian BBM terhadap sektor transportasi telah mereda pada November. Hal ini terlihat dari kelompok Sektor Transportasi yang tidak memberikan andil pada inflasi November,” ucap Airlangga.
Meskipun inflasi pasca-penyesuaian BBM tetap terkendali, kata Airlangga, pemerintah dan Bank Indonesia akan memperkuat sinergi untuk mengantisipasi potensi peningkatan permintaan maupun harga pada libur Natal dan Tahun Baru 2023. “Optimalisasi penggunaan anggaran belanja wajib perlindungan sosial dari DTU juga akan terus didorong hingga akhir tahun untuk mendukung pencapaian inflasi Indonesia tahun 2022 tetap terkendali,” kata Airlangga.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Baca artikel di Koran Tempo "Potensi Kenaikan Inflasi di Akhir Tahun".
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.