TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan sedikitnya ada lima risiko yang harus diwaspadai dalam menghadapi tahun 2023. Di tengah perekonomian global yang masih bergejolak, ia memperkirakan ada risiko stagflasi, bahkan resflasi.
Perry menjelaskan, kondisi dunia yang sangat dinamis saat ini sangat ditentukan oleh perang Rusia dan Ukraina yang terus berlanjut. Tak hanya itu, ada risiko yang juga muncul dari perang dagang Amerika Serikat dan Cina yang kembali memanas.
Baca: Jokowi Puji Pertumbuhan Ekonomi Maluku 27 Persen: Tertinggi di Dunia
Kebijakan lockdown oleh pemerintah Cina yang masih akan berlangsung hingga 6 bulan ke depan, menurut Perry, juga turut mempengaruhi perekonomian dunia. Begitu juga harga energi dan pangan yang masih tinggi, serta pasokan dan distribusi barang masih tersendat.
“Dunia berisiko mengalami stagflasi bahkan resflasi, persepsi risiko investor global negatif,” ujar Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia pada Rabu, 30 November 2022.
Dalam acara yang dihadiri oleh para bankir di Tanah Air itu, Perry memaparkan lima risiko muncul prospek ekonomi global.
Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, terutama risiko resesi yang meningkat di Amerika Serikat dan Eropa.
Kedua, inflasi yang melonjak sangat tinggi dipicu oleh harga energi dan pangan yang tinggi di pasar global.
Ketiga, era suku bunga tinggi berlangsung lebih lama. Adapun kenaikan suku bunga the Fed terutama diproyeksi akan mencapai tingkat 5 persen dan tetap bertahan pada level yang tinggi pada 2023.
Keempat, penguatan dolar AS yang menimbulkan risiko pada berlanjutnya pelemahan mata uang banyak negara, termasuk Indonesia.
Kelima, derasnya aliran modal asing yang keluar dari negara berkembang, termasuk dari Indonesia.
Selanjutnya: Meski begitu, Perry tetap optimistis ...