Kementerian ESDM, dia melanjutkan, juga berencana menggenjot produksi migas sekitar 1 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD) minyak dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030 yang diperuntukkan khusus untuk penggunaan dalam negeri. Ia pun yakin target tersebut bakal tercapai karena potensi hulu migas Indonesia masih sangat besar.
"Kita memiliki 68 potensi cekungan yang belum dieksplorasi dan cadangan terbukti minyak sebesar 2,4 miliar bbl, sedangkan cadangan gas terbukti sekitar 43 TCF," tutur dia.
Tantangan kegiatan hulu migas
Meski begitu, Arifin tak menampik bahwa kegiatan hulu migas di Indonesia saat ini sangat menantang, terutama dari segi biaya. Mulai dari biaya eksplorasi, pengembangan, produksi, dan akses ke sumber daya meningkat.
"Dengan demikian, Indonesia membutuhkan investasi yang lebih besar untuk memacu tambahan produksi migas nasional," ucapnya.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto sebelumnya menyebutkan industri migas membutuhkan investasi yang cukup besar. “Kami perkirakan, industri hulu migas membutuhkan investasi US$ 179 miliar (setara Rp 2.810 triliun dengan acuan Rp 15.700 per dolar AS),” ujar dia.
Oleh karena itu, dia melanjutkan, industri tersebut memerlukan partisipasi aktif dari pelaku domestik dan internasional untuk membuka potensi migas di Indonesia. Sehingga bisa mencapai target pemerintah yaitu memproduksi minyak 1 juta BOEPD dan produksi gas 12 BSCFD.
Menurut Dwi, industri migas global berada dalam masa yang sangat dinamis dan penuh tantangan. Situasi geopolitik dan ekonomi global saat ini menyebabkan gangguan pasokan energi dan pangan yang selanjutnya menyebabkan kenaikan harga.
“Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan ancaman inflasi dan krisis ekonomi dan energi. Dengan demikian ketahanan energi merupakan isu penting untuk dibahas,” ucap Dwi.
Baca juga: Kepala SKK Migas Beberkan Potensi Besar LNG RI dari Aceh hingga Papua
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini