TEMPO.CO, Nusa Dua - Pemerintah memperkirakan efek ekonomi yang akan muncul usai Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali mencapai Rp 7,5 triliun. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan mayoritas efek ekonomi terhadap produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2022 ini akan mengucur ke Pulau Dewata.
"Sekarang kita berharap ini (G20) akan mengobati luka yang dalam di Bali selama dua tahun lalu," ujar Luhut dalam konferensi pers di ITDC Nusa Dua, Bali, Sabtu, 12 November 2022.
Bali merupakan lokasi utama penyelenggaraan KTT G20. Sebanyak 17 kepala negara dijadwalkan hadir dalam persamuhan tatap muka yang berlangsung selama dua hari pada 15-16 November. Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping akan hadir dalam perhelatan akbar internasional ini.
Baca: Luhut: Situasi G20 Sekarang Kompleks, Tak Apa Kalau Nihil Leaders Communique
Sebagai Presidensi G20, Luhut mengatakan Indonesia berpeluang menjadi kekautan ekonomi dunia. Rentetan efek yang dirasakan Tanah Air dari G20 tak hanya berhenti di puncak acara. Ia menuturkan, mendatang, kepercayaan negara-negara asing kepada Indonesia akan menguat.
"RI punya peran strategis percaturan global dan tempat investasi strategis. Terlihat dari banyaknya permintaan bilateral dan permintaan presiden RI untuk mengatur billateral-billateral meetings," ucap Luhut.
Adapun selain kontribusi ke PDB, rangkaian G20 digadang-gadang bisa mendorong konsumsi domestik hingga Rp 1,7 triliun. Serapan tenaga kerja pun akan lebih besar, yakni mencapai 33 ribu.
"Terutama sektor transportasi, MICE, dan UMKM," katanya.
Luhut melanjutkan, KTT G20 merupakan momentum besar bagi Indonesia. Sebab, Presidensi G20 Indonesia selanjutnya baru akan digelar dua dekade mendatang.
Baca juga: Luhut Ditelepon Jokowi soal Persiapan G20: Saya Sampaikan Sudah 99 Persen
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini