“Seperti fakta bahwa setiap resesi global, sejak tahun 1970 telah didahului oleh perlambatan pertumbuhan global yang signifikan pada tahun sebelumnya,” tulis LPEM FEB UI.
Kondisi tersebut saat ini sedang terwujud—meningkatkan prospek resesi global dalam waktu dekat. IMF memperkirakan pertumbuhan PDB global melambat dari 6,0 persen pada 2021 menjadi 3,2 persen pada 2022 dan 2,7 persen pada 2023.
Prakiraan pertumbuhan global itu telah terkoreksi ke bawah karena perkiraan pertumbuhan yang lebih rendah untuk dua ekonomi terbesar, Amerika Serikat dan Cina. “Ini akan menjadi profil pertumbuhan terlemah sejak 2001, kecuali untuk krisis keuangan global dan pandemi Covid-19,” ujar LPEM FEB UI.
Sementara itu, IMF juga memproyeksikan inflasi global akan meningkat dari 4,7 persen pada tahun 2021 menjadi 8,8 persen pada tahun 2022. Namun menurun menjadi 6,5 persen pada tahun 2023 dan 4,1 persen pada tahun 2024.
Tekanan inflasi yang meningkat, menurut LPEM FEB UI, telah terlihat di AS sejak awal tahun 2022, dan sekarang sudah terlihat juga terjadi di kawasan Eropa. Perputaran siklus ekonomi global dan pengetatan moneter oleh sebagian besar bank sentral yang semakin berpengaruh.
“Inflasi diproyeksikan mencapai puncaknya pada kuartal saat ini di sebagian besar ekonomi utama dan akan tetap jauh di atas target bank sentral di sebagian besar negara,” tutur LPEM FEB UI. “Namun, diperkirakan akan menurun pada kuartal keempat dan sepanjang tahun 2023.”
Baca juga: 6 Tips Berinvestasi di Tengah Ancaman Resesi Global 2023, Apa Saja?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini