Ia lalu mencontohkan perusahaan-perusahaan seperti H&M, Nike, Adidas, Uniqlo dan lainnya yang sudah berkomitmen seperti itu. Khusus perusahaan fesyen, mereka sudah menandatangani UN Fashion Industry Charter for Climate Action. Sehingga pada 2025, salah satu pencapaian yang investor itu kejar adalah proses produksi yang bebas dari emisi batu bara.
"Nah bagaimana supply chain H&M di Indonesia, misalnya, yang memproduksi produknya dengan energi kelistrikan yang bersumber dari batu bara. Kadarnya banyak lagi," tuturnya.
Akhirnya, ucap Yusrizki, perusahaan-perusahaan itu memilih keluar dari Indonesia, tidak mau bekerja sama dengan supply chain di Tanah Air. Mereka yang tidak memiliki pabrik akan memilih berpindah ke negara lain yang menggunakan EBT sebagai sumber energinya.
Situasi ini, menurut dia, akan membuat 3 hingga 4 juta orang kehilangan pekerjaannya. Nilai ekspor Indonesia yang kini berkisar US$ 14 miliar itu pun akan terancam pelan-pelan dan hilang. "Dan itu sudah (investor) teriakkan ke kita," ujar Yusrizki.
Baca juga: ESDM: Lusa Kalau Ekonomi Membaik, Perdagangan Karbon Bisa Dilaksanakan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini