TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perekonomian global tengah mengalami berbagai guncangan dan tantangan. Gejolak itu diikuti inflasi yang semakin tinggi hingga kondisi keuangan yang semakin ketat.
Kendati begitu, Sri menuturkan negara-negara di dunia tetap harus melangkah ke depan. Dia mengajak negara-negara G20 menghasilkan kebijakan yang nyata.
"Kita perlu menghasilkan aksi konkret dengan menunjukkan semangat kerja sama, kolaborasi, dan konsensus. Secara historis, G20 telah mencatatkan kemampuan kita untuk melalui ini semua," ujar Sri Mulyani dalam keterangannya, Jumat, 14 Oktober 2022.
Gejolak ekonomi dunia terjadi karena perang Rusia dan Ukraina, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Ketidaksesuaian penawaran-permintaan yang mengikuti situasi tersebut semakin memperlambat prospek ekonomi global.
Selain itu, cuaca ekstrem akibat perubahan iklim menimbulkan risiko penurunan terhadap prospek ekonomi global. Kenaikan harga energi juga turut menghambat jalan menuju transisi hijau. Berbagai tantangan ini dinggap berdampak pada kelompok rentan, terutama negara-negara berpenghasilan rendah dan berkembang.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan G20 sejak awal telah bekerja sama untuk memajukan isu-isu global yang bersifat kritis serta mendorong pemulihan. Di tengah tantangan ekonomi global, kata dia, G20 terus menyoroti pentingnya aksi untuk memperkuat arsitektur keuangan internasional.
Baca juga: Sri Mulyani Harap G20 Bantu Navigasi Krisis yang Memporakporandakan Situasi Global
G20 juga berkomitmen untuk terus mengeksplorasi implikasi keuangan makro dari Mata Uang Digital Bank Sentral (CBDC). Sebab, hal ini dapat dirancang untuk memfasilitasi pembayaran lintas batas sambil menjaga stabilitas sistem moneter dan keuangan internasional.
"Tidak hanya itu, G20 juga berkomitmen untuk memajukan impletasi Peta Jalan G20 pada Pembayaran Lintas Batas Negara (CBP) agar dapat memberikan manfaat yang luas bagi ekonomi di seluruh dunia," kata Perry.
Guna mendukung proses pemulihan ekonomi dunia, Perry mengatakan negara-negara G20 telah berdiskusi untuk pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, mudah diakses, dan infrastruktur yang terjangkau. G20 pun menekan pentingnya agenda keuangan yang berkelanjutan dan mendukung transisi ekonomi hijau guna mencapai target bebas karbon.
"G20 sepakat untuk memperkuat Global Financial Safety Net dan mendorong Bank Pembangunan Multilateral (Multilateral Development Banks/MDB) untuk memperkuat pembiayaan pembangunan guna mendukung pemulihan ekonomi," tuturnya.
Untuk mengatasi kerentanan utang, khususnya pada negara berpendapatan rendah, G20 mendorong perkembangan lebih lanjut dari implementasi Common Framework for Debt Treatment di luar DSSI. Kemudian, anggota G20 turut mendukung penyelesaian Global Anti-Base Erosion (GloBE) Model Rules pada Pilar Dua.
Sri Mulyani dan Perry mengikuti pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral (FMCBG) di bawah Kepresidenan G20 Indonesia di Washington DC. Dalam pertemuan ini, Sri Mulyani dan Perry Warjiyo memimpin sidang bersama dan membahas enam agenda, yakni ekonomi global, arsitektur keuangan internasional, peraturan sektor keuangan, investasi infrastruktur, keuangan berkelanjutan, dan perpajakan berkelanjutan.
DEFARA DHANYA PARAMITHA
Baca juga: Resesi Juga Ancam Negara Maju, Sri Mulyani Minta Negara G20 Kompak Sinkronisasi Kebijakan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.