MEL yang sahamnya dimiliki perusahaan berbasis Singapura itu memegang saham sebanyak 42,5 persen. Adapun Mach Energi berada di bawah kendali grup Salim.
Presiden Direktur BUMI Adika Nuraga Bakrie menjelaskan, masuknya Grup Salim akan dimanfaatkan perseroan untuk ekspansi ke sektor non-batu bara. Salah satu sektor yang dibidik adalah industri amonia, sejalan dengan rencana pemerintah dalam program Beyond Coal 2030.
Sementara itu, Direktur Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan usai private placement, maka Salim Group dan Agoes Projosasmito akan memiliki 37,1 persen saham BUMI, sedangkan Bakrie Group memiliki sekitar 21,9 persen.
Investor yang masuk lewat private placement bakal menggenggam porsi kepemilikan saham 58,2 persen, namun akan turun menjadi 54 persen setelah sisa OWK dikonversi penuh. Dengan dilaksanakannya PMTHMETD ini, maka total ekuitas BUMI juga akan naik 2,9 kali lipat menjadi US$ 2,38 miliar atau sekitar Rp 35,7 triliun.
Menurut Suria, saat ini saham BUMI divaluasi jauh di bawah peers-nya yaitu sebesar US$ 1,15 per mt, atau jauh lebih rendah dari ADRO US$ 5,63 per mt dan ITMG US$ 6,73 per mt. "Oleh karena itu, kami merekomendasikan BUMI dengan target harga di Rp 305,” katanya.
Meski diperkirakan bakal menguat, saham BUMI pada akhir perdagangan Selasa, 11 Oktober 2022 malah terkena Auto Reject Bawah (ARB). Saham perusahaan pertambangan tersebut melemah 12 poin atau turun 6,82 persen ke level Rp 164.
BISNIS
Baca juga: PT Timah Stop Tambang Mitra di Perairan Muara Tengkorak Bangka
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.