Ikan asin balobo dari nelayan perempuan Desa Apara, biasanya setiba di Dobo akan dijual lagi ke Ibu Kota Ambon. Pengiriman dilakukan dengan kapal fery. “Sampai di Ambon, sudah bukan urusan saya lagi si pembeli itu mau jual kemana,” kata Ica.
Pembuatan ikan asin balobo ini sangat tergantung pada cuaca. Sebab ikan harus dijemur sampai kering betul agar bisa dikonsumsi.
Jika cuaca hujan terus, ikan asin bisa rusak dan terpaksa dibuang karena nelayan di Desa Apara tak punya alat pengering ikan. Kondisi ini, bisa menyebabkan kelangkaan ikan asin balobo yang terkenal gurih.
Untuk menyiasati hal ini, Ica terbiasa membeli dalam jumlah banyak. Dalam satu kali perjalanan ke Desa Apara, dia biasa membeli dalam jumlah besar, yakni 100 kilogram – 200 kilogram. Ketika jumlah ikan asin balobo di pasar mulai turun karena dampak cuaca, Ica bisa mengeluarkan stoknya.
Saat ditanya pernahkah menerima bantuan dari Kementerian atau Pemerintah Daerah Dobo, Ica mengatakan pernah mendapat sosialisasi tentang cara pengolahan ikan balobo, namun dia tak pernah mendapat bantuan.
Ica pun mengaku heran karena bergelut di dunia perikanan sejak 1972, tetapi tak pernah mendapat bantuan permodalan atau uang. Dia pernah diwawancara atau dimintai keterangan soal pengolahan ikan, tapi tidak pernah tersentuh bantuan.
“Jadi, kalau ada orang dari (Dinas) Perikanan datang, saya sudah capek. Malas. Sudah tidak ada kata-kata lagi yang saya mau bilang. Percuma,” kata Ica.
Ica menyebut bantuan yang sering diberikan pada nelayan di antaranya jala (jaring) untuk menangkap ikan, bak untuk meletakkan ikan, baskom ukuran jumbo, pisau, hingga genset. Akan tetapi, dia tak pernah mendapat satu pun bantuan-bantuan tersebut. Dia pun tak tahu alasannya.
Ica menceritakan tak pernah mengajukan pinjaman ke bank. Uang untuk membeli ikan asin balolo ke nelayan - nelayan perempuan di Desa Apara menggunakan kocek sendiri yang disimpannya di rumah, bukan bank agar tak perlu repot ke bank setiap kali membutuhkan uang.
Hal lain disoroti Ica, dia pun tak punya BPJS Ketenagakerjaan. Pasalnya, hal seperti asuransi perlindungan kerja dan jiwa, tak pernah didengarnya.
Gender dan program bantuan sosial Indonesia
Menjawab keluhan Ica soal bantuan tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara ‘Konferensi 39th Gender equality and diversity in Indonesia: identifying progress and challenges’, yang diselenggarakan secara online, menjelaskan untuk meningkatkan pendanaan dan dukungan pada perempuan, pemerintah Indonesia sebetulnya telah membuka program kredit Ultra Mikro atau UMi.
Pembiayaan UMi hadir sebagai model pembiayaan yang mudah dan cepat bagi pelaku UMKM, yang tak punya agunan atau sulit mengakses ke perbankan. Program ini sudah mengucurkan pendanaan pada lebih dari 5,38 juta UMKM, yang 95 persennya digerakkan oleh perempuan.
Selanjutnya: “Kami juga memberikan program Mekaar..."