TEMPO.CO, Jakarta - Kinerja instrumen investasi saham diperkirakan para pakar bakal lebih baik dibandingkan pasar obligasi pada sisa kuartal IV/2022. Sebab, IHSG diperkirakan akan lebih tahan banting menghadapi sejumlah sentimen negatif yang sudah menanti di depan mata.
Secara tahun berjalan, kinerja pasar saham yang direpresentasikan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tumbuh 6,98 persen, sedangkan indeks komposit obligasi tumbuh negatif 0,01 persen.
Investment Analyst Stockbit Hendriko Gani mengamini bahwa sampai akhir tahun ini, saham akan lebih atraktif ketimbang obilgasi. Alasannya, potensi peningkatan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) berpotensi menurunkan harga obligasi.
"Sementara itu, dari sisi ekonomi, ekonomi Indonesia masih terbilang cukup bagus dibandingkan dengan negara lainnya, sehingga masih ada potensi bagi saham untuk tumbuh di kuartal IV/2022 nanti," jelasnya kepada Bisnis, Minggu 2 Oktober 2022.
Menurutnya, seandainya terjadi pelemahan akibat dolar AS yang terus menguat, saham masih lebih mampu bertahan dibandingkan dengan obligasi.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama menerangkan pelemahan obligasi secara tahun berjalan tidak hanya terjadi di pasar obligasi dalam negeri.
Kinerja obligasi di negara lain juga cenderung turun, seiring dengan kebijakan hawkish The Fed yang menyebabkan arus modal ke luar terutama dari negara-negara emerging.
Selanjutnya: Investor Asing Banyak yang Lepas SBN
"Di sisi lain pelaku pasar juga mencerna faktor peningkatan suku bunga bank sentral, sehingga wajar melihat terjadi volatilitas yang berarti terjadi pula dalam global financial index," tuturnya.