Ia berharap sejumlah langkah itu bakal mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 sesuai dengan proyeksi BI yang memperkirakan besarannya akan tetap bisa berada dalam kisaran 4,5-5,3 persen. Apalagi, perbaikan kinerja eknomi nasional dikatakannya terus berlanjut dan semakin membaik.
Perry menjelaskan, kondisi itu tercermin dari konsumsi sektor swasta yang tumbuh tinggi didukung dengan kenaikan pendapatan, tersedianya pembiayaan kredit, dan semakin kuatnya keyakinan konsumen, seiring dengan semakin meningkatnya mobilitas.
Dorongan terhadap konsumsi rumah tangga juga didukung oleh kebijakan Pemerintah yang menambah bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat, utamanya kelompok bawah, dari dampak kenaikan inflasi sebagai konsekuensi pengalihan subsidi BBM.
"Kenaikan permintaan domestik juga terjadi pada investasi, khususnya investasi nonbangunan," kata Perry.
Berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik tersebut tercermin pada perkembangan beberapa indikator dini pada Agustus 2022 dan hasil survei Bank Indonesia terakhir, seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur yang terus membaik.
Dari sisi eksternal, kinerja ekspor diperkirakannya tetap baik, khususnya CPO, batu bara, serta besi dan baja seiring dengan permintaan beberapa mitra dagang utama yang masih kuat dan kebijakan Pemerintah untuk mendorong ekspor CPO dan pelonggaran akses masuk wisatawan mancanegara.
"Perbaikan ekonomi nasional juga tercermin pada kinerja lapangan usaha utama, seperti Industri Pengolahan, Pertambangan, dan Pertanian," ucap Perry menjelaskan lebih jauh tentang kenaikan suku bunga yang dilakukan BI hari ini.
Baca: Luhut Buka Perdagangan Bursa AS: Mantan Prajurit Lulusan Lembah Tidar Dapat Kehormatan Luar Biasa
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.