TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan sejumlah bauran kebijakan diterapkan untuk menjaga stabilitas dan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ini seiring dengan keputusan bank sentral menaikkan suku bunga acuan BI sebesar 50 basis poin dari 3,75 persen bulan lalu menjadi 4,25 persen untuk September 2022.
"Bank Indonesia juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi," kata Perry saat konferensi pers virtual, Kamis, 22 September 2022.
Bauran kebijakan itu di antaranya adalah memperkuat operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang sesuai dengan kenaikan suku bunga BI-7 Day Reverse Repo Rate. Hal ini untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasarannya 3 persen plus minus 1 persen.
Selain itu, memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai bagian untuk pengendalian inflasi. Caranya dengan intervensi di pasar valas baik melalui transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian atau penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
BI dipastikannya juga akan melanjutkan penjualan ataupun pembelian SBN di pasar sekunder atau yang disebut operation twist untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah dengan meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investasi portofolio asing.
Langkah operation twist ini dilakukan melalui kenaikan yield SBN tenor jangka pendek sejalan dengan kenaikan suku bunga BI dan kenaikan struktur yield SBN jangka panjang yang lebih rendah, dengan pertimbangan tekanan inflasi lebih bersifat jangka pendek dan akan menurun kembali ke sasarannya dalam jangka menengah panjang.
Selanjutnya, BI juga akan terus melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman pada aspek profitabilitas bank. Berikutnya, bank sentral akan mendorong percepatan dan perluasan implementasi digitalisasi pembayaran di daerah melalui pemanfaatan momentum pelaksanaan dan penetapan pemenang Championship Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (P2DD).
"Terakhir adalah mendorong akselerasi pencapaian QRIS 15 juta pengguna dan peningkatan penggunaan BI-FAST dalam transaksi pembayaran," ujar Perry.
Selanjutnya: Pertumbuhan ekonomi tahun ini diyakini di 4,5-5,3 persen.