Padahal, kata Alfons, seharusnya jika data bocor, pengelola data bertanggung jawab atas kebocoran data ini. Pengelola data juga wajib memberikan informasi kepada pemilik data bahwa data yang dikelolanya sudah bocor dan berpotensi disalahgunakan sehingga bisa mengambil langkah pencegahan.
“Jadi melakukan penyangkalan jika mengalami kebocoran data akan membuat pemilik data tidak waspada dan akan dengan mudah menjadi korban eksploitasi dari data yang bocor itu,” ucap Alfons.
Mengenai data pengguna IndiHome yang bocor dan disebarkan di situs breached, menurut analisa Vaksincom, data itu berasal dari file dengan nama "metranet_log.csv" yang berukuran 16.79 GB dengan jumlah data sebanyak 26,7 juta baris dan 12 kolom.
Data yang bocor tersebut adalah data browsing history tahun 2018 dan 2019 sebanyak 26.730.797 baris dan selain mengandung data waktu browsing, situs yang dikunjungi dan mayoritas memiliki data tambahan jenis kelamin, nama lengkap dan NIK.
SVP Corporate Communication and Investor Relation Telkom Ahmad Reza sebelumnya memastikan semua data pelanggan telah tersimpan cukup aman. Terkait informasi yang beredar dan mengatakan 26 juta data pelanggan yang terdiri dari data pribadi dan browsing history IndiHome bocor dan dijual di forum breached.to, Reza menegaskan hal tersebut tidak valid.
"Dari hasil investigasi yang dilakukan, Telkom memastikan bahwa data pelanggan yang diduga bocor itu tidak mengandung ID IndiHome yang valid serta tidak ada dampaknya terhadap pelanggan," kata Reza.
MOH KHORY ALFARIZI | BISNIS
Baca: Kepala PPATK Sebut Pelaku Judi Online Sangat Piawai Hilangkan Jejak, Ini Deretan Modusnya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.