Kenaikan tersebut merupakan dampak dari adanya perang Rusia-Ukraina. Meski begitu, Agra menuturkan kenaikan harga mi lazim terjadi.
"Kalau kenaikan harga memang lumrah terjadi, tidak hanya kali ini saja. Tetapi untuk yang ini mungkin perlu menjadi perhatian akibat perang Rusia-Ukraina yang dapat menyebabkan tersendatnya pasokan gandum," ujar Agra. Apabila harga mi instan melambung tinggi, ia menyebut masyarakat akan beralih mencari substitusi produk gandum sehingga dampaknya tak akan begitu terasa.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan kenaikan harga mi instan sampai tiga kali lipat itu tidak terjadi. "Mi instan tidak akan naik tiga kali karena gandum memang trennya naik, karena gagal panen di Australia yakni sekitar 67 juta ton gagal panen," kata Zulkifli Hasan di Kulon Progo, Kamis, 11 Agustus.
Ia mengatakan kunjungan Presiden Joko Widodo alias Jokowi beberapa waktu lalu ke Rusia dan Ukraina membawa dampak baik terhadap ketersediaan dan pasokan gandum di Indonesia. Pasar gandum, kata dia, akan dibanjiri oleh Ukraina.
Begitu juga pasokan gandum dari Australia, Amerika, dan Kanada yang diperkirakan akan meningkat karena panen. Malahan menurut Zulkifli, pada September mendatang, harga gandum akan turun.
"Trennya akan turun. Jadi kalau tiga kali tidak lah, kalau ada kemarin naik sedikit iya sehingga, inflasi kita 4 persen, 5 persen jadi naiknya segitu, tapi cenderung September akan turun," kata Zulkifli.
ANTARA
Baca juga: Sri Mulyani Waspada Tagihan Membengkak jika Penyaluran BBM Bersubsidi Tak Terkontrol
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.