TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan. Bank sentral akan memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan serta mengetatkan koordinasi kebijakan dengan pemerintah dan instansi melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
"Untuk mengelola tekanan inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi serta mendukung ketahanan pangan," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulis pada Selasa, 2 Agustus 2022.
Menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2022 mengalami inflasi sebesar 0,64 persen (mtm). Inflasi bulanan meningkat dibandingkan dengan Juni yang tercatat sebesar 0,61 persen (mtm). Kenaikan inflasi (mtm) tersebut terutama bersumber dari inflasi kelompok administered prices, di tengah inflasi inti yang terjaga rendah dan kelompok volatile food yang mulai menurun.
Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, inflasi IHK Juli 2022 mencapai 4,94 persen (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 4,35 persen (yoy). Untuk keseluruhan 2022, inflasi IHK diperkirakan melampaui batas atas sasaran dan akan kembali ke level sasaran 3,0±1 persen pada 2023.
Adapun inflasi inti pada Juli 2022 terjaga sebesar 0,28 persen (mtm) atau naik dari inflasi inti pada Juni 2022 yang sebesar 0,19 persen (mtm). Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh inflasi komoditas mobil dan sewa rumah karena pulihnya pergerakan masyarakat.
Peningkatan lebih lanjut tertahan oleh deflasi komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas global. Secara tahunan, inflasi inti Juli 2022 diklaim masih terjaga di level rendah sebesar 2,86 persen (yoy). Inflasi inti Juli lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,63 persen (yoy).
"Terjaganya inflasi inti tersebut didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi," ujarnya.
Inflasi kelompok volatile foods pada Juli 2022 menunjukkan penurunan menjadi 1,41 persen (mtm) dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 2,51 persen (mtm). Penurunan tersebut terutama dipengaruhi oleh komoditas minyak goreng, telur ayam ras, bawang putih, dan sayur-sayuran.
Penurunan lebih lanjut tertahan oleh inflasi aneka cabai, bawang merah, dan ikan segar yang masih mengalami peningkatan akibat gangguan pasokan seiring dengan curah hujan yang tinggi di sejumlah daerah. Secara tahunan, kelompok volatile foods mengalami inflasi 11,47 persen (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,07 persen (yoy).
Inflasi kelompok administered prices pada Juli 2022 meningkat menjadi 1,17 persen (mtm) dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,27 persen (mtm). Peningkatan inflasi tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan inflasi tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, dan rokok kretek filter, seiring dengan peningkatan mobiliasi udara dan harga avtur akibat kenaikan harga komoditas energi global. S
elain itu, ada penyesuaian harga energi non-subsidi serta transmisi kenaikan cukai rokok. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 6,51 persen (yoy), lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 5,33 persen (yoy).
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: Sebut Subsidi BBM Rp 502 Triliun Terlalu Besar, Jokowi: Alhamdulillah Kita Masih Kuat
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.