Pemicu lainnya, sanksi dari barat turut berdampak terhadap pengetatan suplai di Amerika Serikat. Dari sisi produksi, kata Bhima, kapasitas kilang telah menurun dibandingkan dengan pra pandemi. Padahal permintaan BBM mulai naik karena dibukanya sekolah dan pusat perbelanjaan.
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen menilai laju inflasi di negaranya sudah sangat tinggi. Menurutnya, inflasi Amerika pada Juni lalu yang mencapai level 9,1 persen itu sangat mengkhawatirkan. Bank sentral Amerika atau The Fed pun mengumunkan kemungkinan menaikkan suku bunga acuan hingga 75 basis poin pada akhir Juli 2022.
Situasi itu, kata Yellen, mendesak pemerintah Amerika Serikat saat ini untuk segara meredam lonjakan inflasi. Ia mendukung penuh upaya The Fed mengambil kebijakan yang dirasa perlu untuk menahan laju kenaikan harga barang dan jasa.
Mantan Gubernur The Fed itu juga mengungkapkan bakal mengambil langkah strategis, terutama soal penurunan harga energi dan cadangan minyak strategis. Musababnya, hampir setengah dari kenaikan harga dalam angka inflasi terbaru yang dirilis tersebut berasal dari biaya energi yang tinggi.
Baca Juga: PLN Gelar Touring Jakarta-Bali untuk Buktikan Mobil Listrik Lebih Irit dan Nyaman
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.