TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional atau IMF Kristalina Georgieva menyoroti kebijakan subsidi yang diambil pemerintah Indonesia yang memungkinkan orang kaya dapat turut menikmatinya. Padahal, menurut dia, agar perekonomian dapat tumbuh optimal di masa sulit, subsidi harus berfokus menyasar masyarakat miskin dan rentan.
Georgieva menyebutkan pemberian subsidi secara umum sehingga siapapun bisa menikmatinya terlihat dari bagaimana setiap orang bisa membeli bahan bakar minyak (BBM) dan liquid petroleum gas (LPG) 3 kilogram bersubsidi, termasuk orang kaya.
"Sangat penting bagi kebijakan fiskal Indonesia untuk tetap fokus dalam memberikan bantuan dengan sasaran yang tepat, bukan dengan memberikan subsidi kepada semua orang termasuk yang kaya, tetapi fokus kepada mereka yang sangat membutuhkan," ujar Georgieva, Ahad, 17 Juli 2022.
Akibatnya, kata Georgieva, penyaluran subsidi yang berlaku umum tersebut menimbulkan beban anggaran yang terlalu besar. Imbasnya, belanja itu mendorong kenaikan inflasi atau push-inflation.
Hal itu disampaikan oleh Georgieva ketika mengunjungi pusat perbelanjaan Sarinah. Kedatangannya ke pusat belanja itu bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno.
Lebih jauh ia Georgieva menilai Indonesia berhasil mencatatkan kinerja perekonomian yang baik ketika pandemi Covid-19, tercermin dari catatan pertumbuhan ekonomi yang terjaga positif. Ia yakin hal ini pertumbuhan ekonomi tersebut terus meningkat bila penyaluran subsidi berjalan lebih baik.
Dalam kesempatan itu, Georgieva juga menilai kebijakan Indonesia dalam melakukan burden sharing, melalui kerja sama antara pemerintah dengan Bank Indonesia, adalah langkah yang tepat karena efektif menjaga kondisi perekonomian dari tekanan global.
Tak hanya itu, Georgieva juga menyampaikan bahwa IMF tidak melihat adanya potensi resesi global terjadi pada tahun ini ataupun tahun depan di tengah ketidakpastian geopolitik, salah satunya akibat perang antara Rusia dengan Ukraina.
Selanjutnya: Bos IMF beberkan dampak potensi resesi global ke Indonesia.