TEMPO.CO, Nusa Dua - Di sela pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara anggota G20 di Nusa Dua, Bali, yang dimulai sejak kemarin, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan bilateral fisik dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen. Ini merupakan pertemuan fisik kedua menteri setelah Spring Meetings IMF-World Bank, April lalu.
Dalam perbincangan bersama Janet Yellen, Sri Mulyani membahas sejumlah isu. Salah satu yang dibicarakan adalah persoalan geopolitik yang belum menurun yang menjadi penyebab krisis pangan dan energi global. Sri Mulyani mendiskusikan berbagai opsi kebijakan dengan Yellen untuk menjaga pasokan dan harga minyak dunia bisa kembali ke level sebelum perang Rusia-Ukraina.
"Penanganan krisis pangan dan energi dunia harus diakselerasi, karena sejatinya siapapun berhak mengakses makanan dan energi secara terjangkau," kata Sri Mulyani seperti dikutip pada Sabtu, 16 Juli 2022.
Aneka opsi kebijakan terkait hal ini, kata dia, akan didiskusikan lebih lanjut bersama menteri terkait. Selain pangan dan energi, kedua menteri mendiskusikan isu lingkungan serta kebijakan masing-masing negara terkait isu tersebut.
Sri Mulyani menekankan pentingnya langkah konkret dan teknis untuk mendukung implementasi peralihan penggunaan pembangkit listrik bertenaga fosil ke sumber energi ramah lingkungan yang membutuhkan pembiayaan besar. Salah satu inisiatif Indonesia bersama Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank atau ADB) dalam implementasi transisi tersebut adalah peluncuran mekanisme transisi energi.
Mekanisme yang diluncurkan dalam rangkaian acara G20 di Bali ini mendorong partisipasi swasta dan lembaga internasional dalam proyek-proyek transisi energi fosil menuju energi bersih. Terutama, dalam upaya mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara.
Seusai pertemuan, Sri Mulyani dan Janet Yellen bersepakat bahwa hasil pertemuan menteri keuangan dan bank sentral anggota G20 harus disampaikan kepada masyarakat global. "Sesuai dengan semangat Presidensi G20 Indonesia untuk terus bekerja keras dan berkontribusi menangani berbagai permasalahan utama dunia."
PRAGA UTAMA (NUSA DUA)
Baca: Neraca Perdagangan Surplus, Bank Indonesia: Berkontribusi Jaga Ketahanan Eksternal
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini