TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit (Apkasindo), Gulat Manurung mengatakan hari ini rata-rata harga tandan buah segar (Harga TBS) naik. Kenaikannya sebesar Rp 100 hingga Rp 150 per kilogram di hampir semua pabrik kelapa sawit (PKS).
"Info sementara hari ini naik Rp 100-150. Hal ini sebagai dampak dari naiknya harga CPO (crude palm oil) per tgl 14 Juni kemarin manjadi 8.000, sebelumnya 7.300 per kilogram CPO," ujar Gulat saat dihubungi Tempo, Jumat, 15 Juli 2022.
Selain itu, menurutnya, kenaikan harga TBS juga dipengaruhi oleh kuatnya permintaan petani pada pemerintah selama dua bulan terakhir. Permintaan itu di antaranya adalah mengurangi beban ekspor CPO.
Sebelumnya, petani sawit dari yang tergabung dalam Apkasindo juga mendesak pemerintah untuk menghapus regulasi DMO, DPO, FO (fush-out) dan usulan penurunan angka pungutan ekspor.
"Karena kuatnya teriakan masyarakat akan harga TBS petani pada dua bulan terakhir mengakibatkan pemerintah sedang menggesa regulasi pemangkasan pajak dan beban-beban TBS," kata dia.
Meski naik, harga TBS masih jauh dari harga sebelum larangan ekspor diterapkan pemerintah yaitu Rp 4.250 per kilogram.
Adapun Apkasindo mencatat harga rata-rata TBS milik petani sawit swadaya pada 14 Juli 2022 sebesar Rp 916 per kilogram. Harga rata-rata TBS terendah yaitu di Gorontalo dan Sukawati Selatan yaitu Rp 800 per kilogram. Sedangkan harga TBS petani bermitra senilai Rp 1.227 per kilogram. Harga rata-rata TBS terendah yaitu di Bangkulu dan Jambi yaitu Rp 1.000 per kilogram.
Gulat mengatakan TBS yang membusuk selama periode Mei dan Juni sebesar 967.680 ton. Hal itu karena TBS tidak laku di jual baik sebab PKS yang tutup. TBS juga busuk lantaran berhari-hari antri di PKS. Ia berujar, TBS yang busuk selama dua bulan atau setara dengan 193.536 ton CPO.
Jika TBS itu diolah menjadi minyak goreng, kata dia, sudah setara dengan 140.000 ton atau 170.000.000 liter. Jumlah tersebut sama dengan 85 persen dari total kebutuhan minyak goreng per bulan (200 juta liter).
Gulat mengungkapkan kini petani sawit sudah banyak yang menawarkan kebunnya untuk dijual atau tersandera akibat digunakan sebagai agunan pinjaman modal. "Dan kami juga mengamati bahwa tidak sedikit petani sawit yang terpaksa menunda menyekolahkan anak-anaknya karena keterbatasan pendapatan rumah tangga petani sawit," kata dia.
Menurut dia, ketidakpastian ini telah menjadi kesempatan bagi para pemilik PKS untuk menekan harga TBS petani dengan dalin tangki penyimpanan CPO yang sudah penuh. Belum lagi, kata Gulat, semakin naiknya potongan timbangan TBS yang dilakukan oleh PKS. Sebelumnya potongan berkisar tiga sampai tujuh persen. Saat ini sudah rata-rata potongan sebesar 20-30 persen dengan berbagai alasan, ujarnya.
"Pemerintah tidak berdaya melakukan pengawasan, bahkan surat edaran Menteri Pertanian pun tidak di patuhi oleh Pabrik Kelapa Sawit," tutur Gulat.
RIANI SANUSI PUTRI
Baca: Ekspor Minyak Sawit Juni Terbang 862 Persen saat Harga TBS Anjlok hingga Rp 800 Per Kilo
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini