TEMPO.CO, Jakarta -Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat ekspor Indonesia pada Juni 2022 mengalami kenaikan 21,30 persen dibandingkan Mei 2022. Nilai ekspornya mencapai US$ 26,09 miliar dari semula US$ 21,51 miliar.
"Sektor non-migas menyumbang 94,13 persen dari total ekspor Juni 2022," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual pada Jumat, 15 Juli 2022.
Ia menyebutkan, jika dilihat komposisinya, untuk non-migas meningkat sebesar 22,71 persen, sedangkan untuk migas meningkat 2,45 persen.
Margo mengatakan jika bandingkan dengan ekspor Juni tahun lalu atau secara year on year (yoy), ekspor Indonesia meningkat 40,68 persen. Untuk non-migas, ekspor meningkat sebesar 41,89 persen. Sedangkan migas meningkat 23,67 persen.
Secara month to month (mom) nilai ekspor meningkat sebesar 21,3 persen. Dengan rincian, untuk ekspor non migas kenaikannya ditunjang oleh HS 15 yaitu lemak atau minyak hewan/nabati. Menurut Margo, peningkatannya secara month to month itu sangat impresif yaitu sebesar 300,66 persen. Kemudian disusul oleh peningkatan ekspor HS 87 atau kendaraan dan bagiannya yaitu sebesar 40,11 persen.
Sementara itu, nilai ekspor migas mencapai US$ 1,53 miliar pada Juni 2022. Peningkatan ekspor migas didorong oleh meningkatnya ekspor minyak mentah, di mana secara month to month meningkat 69,80 persen.
Jika dilihat per sektornya, kata Margo, ekspor sektor pertanian dan kehutanan meningkat 23,30 persen. Nilai ekspornya mencapai US$ 0,36 miliar. Diikuti industri pengolahan meningkat 29,21 persen. Nilai ekspor di industri pengolahan mencapai US$ 18,27. Kemudian ekspor industri pertambangan lainnya meningkat 6,22 persen. Nilainya mencapai US$ 5,93.
Ekspor tertinggi secara month to month ada pada industri pengolahan, yaitu meningkat 29,21 persen. Ia berujar nilai ekspornya mencapai US$ 18,27 miliar. Peningkatan ekspor industri pengolahan itu berasal dari komoditas minyak kelapa sawit, kemudian pakaian jadi atau konveksi dari tekstil. Keduanya merupakan dua komoditas utama pendorong peningkatan ekspor untuk industri pengolahan.
"Kemudian untuk sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan juga meningkat cukup impresif," kata Margo. Komoditas utama pendorong peningkatan ekspor di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan berasal dari tanaman obat, aromatik, rempah-rempah, dan komoditas kopi. Berikutnya, sektor pertambangan dan lainnya meningkat sebesar 6,22 persen secara month to month. Komoditas utama pendorong peningkatan ekspornya adalah batu bara dan lignit.
Peningkatan terbesar ekspor non-migas beberapa golongan HS dua digit Juni 2022 terhadap Mei 2022. Tertinggi adalah HS 15 yaitu lemak atau minyak hewani atau nabati meningkat sebesar US$ 2,54 juta atau naik 300,66 persen dengan negara tujuan Tiongkok, Pakistan, dan India. Kemudian diikuti oleh HS 87 yaitu kendaraan dan bagiannya. Lalu HS 27 bahan bakar mineral dan HS 64 yaitu alas kaki. Dan 5 besar terakhir adalah yaitu HS 62 yaitu pakaian dan aksesorisnya (bukan rajutan).
Baca Juga: Terpopuler Bisnis: Inflasi AS Tembus 9,1 Persen, Juragan 99 Kalah dalam Sengketa Merek MS Glow