Sedangkan fase 2 dibagi menjadi 2A dan 2B. Fase 2A meliputi jalur Bundaran HI - Kota, berjarak sepanjang 6,3 kilometer. Kemudian fase 2B memiliki panjang jalur kurang lebih 11,8 kilometer dari Bundaran HI hingga Ancol Barat.
Sementara fase 3 memiliki jalur terpanjang dengan total 87 kilometer. Jalur ini melalui tiga provinsi yakni DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, atau dari Balaraja menuju Cikarang. Fase terakhir yaitu fase 4 (Fatmawati-TMII) memiliki jalur sepanjang sekitar 12 kilometer.
Direktur Utama MRT William Sabandar mengatakan penyelesaian seluruh proyek MRT, khususnya Fase 3 (Cikarang-Balaraja) dan Fase 4 (Fatmawati-TMII) dibutuhkan pendanaan sekitar Rp 200 triliun dengan porsi pendanaan dari pemerintah dan swasta. Sebelumnya, pembangunan fase 1 telah menelan biaya Rp 16 triliun, serta fase 2 sebanyak Rp 22,5 triliun. Secara keseluruhan, seluruh fase pembangunan proyek MRT memakan dana lebih dari Rp 230 triliun.
Menyitir laman resmi MRT Jakarta, rencana pembangunan MRT di Jakarta sebenarnya sudah dirintis sejak 1985. Namun, saat itu proyek MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional. MRT baru ditetapkan sebagai proyek nasional pada 2005 dan diperkirakan rampung pada 2027.
Adapun kerja sama Indonesia dan Jepang dalam pembangunan MRT melibatkan Japan International Cooperation Agency (JICA). Proyek MRT juga berkolaborasi perusahaan perusahaan Jepang lainnya seperti Shimizu dan PT Adhi Karya (Persero) yang membentuk perusahaan gabungan Shimizu-Adhi Karya Joint Venture (SAJV).
RIANI SANUSI PUTRI | ANNISA APRILIYANI | IMAM HAMDI
Baca: Mengenal Lebih Jauh Abenomics, Warisan Shinzo Abe yang Sukses Pulihkan Jepang
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.