TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan inflasi Indonesia pada Juni 2022 masih tergolong moderat ketimbang negara lain. Inflasi tahunan Juni tercatat 4,35 persen atau yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.
“Dibandingkan dengan banyak negara di dunia, inflasi Indonesia masih tergolong moderat. Laju inflasi di Amerika Serikat dan Uni Eropa terus mencatatkan rekor baru dalam 40 tahun terakhir, masing-masing mencapai 8,6 persen dan 8,8 persen," tutur Febrio dalam keterangan resminya, 2 Juli 2022.
Di sejumlah negara berkembang, inflasi menunjukkan kenaikan. Argentina dan Turki, misalnya, mencatatkan laju inflasi masing-masing 60,7 persen dan 73,5 persen.
Febrio melanjutkan instrumen APBN telah berhasil meredam tingginya tekanan inflasi global sehingga daya beli masyarakat serta momentum pemulihan ekonomi nasional masih tetap dapat dijaga. Meski demikian, ia menyebut pemerintah akan terus memantau dan memitigasi berbagai faktor yang akan berpengaruh terhadap inflasi nasional, baik yang berasal dari faktor eksternal maupun domestik.
“Inflasi Juni mengalami peningkatan yang terutama disebabkan oleh kenaikan harga pangan bergejolak (volatile food) yang signifikan mencapai 10,07 persen secara year on year (Mei 6,05 persen),” katanya.
Peningkatan harga komoditas pangan terjadi pada cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah akibat curah hujan tinggi di wilayah sentra sehingga menimbulkan gagal panen dan terganggunya distribusi. Di sisi lain, harga minyak goreng mulai turun seiring melandainya harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Menurut Febrio, perkembangan harga pangan akibat risiko cuaca dan tekanan harga global karena restriksi ekspor di beberapa negara produsen pangan masih perlu diwaspadai. Pangan, kata Febrio, sangat penting bagi masyarakat sehingga pemerintah akan terus mengantisipasi dan memitigasi risiko dari kenaikan harga kelompok pangan bergejolak.
Upaya itu dilakukan melalui berbagai kebijakan untuk menjamin kecukupan pasokan dan keterjangkauan harga pangan bagi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga komoditas pangan, Febrio mengatakan pemerintah menjaga agar peran APBN sebagai shock absorber dapat berfungsi optimal untuk mengendalikan inflasi, menjaga daya beli masyarakat, serta menjaga agar pemulihan ekonomi semakin menguat.
Dia mengklaim berbagai langkah menjaga stabilisasi harga pangan nasional telah ditempuh oleh pemerintah. Di antaranya melalui pemberian insentif selisih harga minyak goreng, pelarangan sementara ekspor CPO dan turunannya untuk menjaga pasokan dengan harga terjangkau, serta mempertahankan harga jual BBM, LPG, listrik tidak mengalami peningkatan.
“Ini semua diharapkan dapat menjaga kecukupan pasokan, kelancaran distribusi serta keterjangkauan harga pangan pokok sehingga dapat melindungi daya beli masyarakat, khususnya kelompok berpenghasilan rendah,” kata Febrio.
Badan Pusat Statistik mencatat inflasi tahunan Indonesia pada Juni 2022 sebesar 4,35 persen. Sedangkan inflasi inti Juni menjadi 2,63 persen dari bulan sebelumnya 2,58 persen.
Peningkatan inflasi inti, kata Febrio, mencerminkan semakin menguatnya permintaan domestik. Adapun inflasi harga diatur pemerintah juga mengalami peningkatan 5,33 persen dibanginkan Mei setelah bergerak stabil di dua bulan sebelumnya karena kenaikan tarif angkutan udara dan cukai hasil tembakau.
Adapun harga energi domestik cenderung stabil karena peran APBN 2022 sebagai shock absosrber melalui alokasi subsidi energi dan kompensasi yang mencapai Rp 502,4 triliun. “Subsidi dan kompensasi energi diberikan untuk menjaga stabilisasi harga, melindungi daya beli serta menjaga momentum pemulihan ekonomi,” kata Febrio.
Baca juga: Inflasi 0,61 Persen, Bank Indonesia: Didorong Komoditas Holtikultura
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.