Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan pembangunan BTS tak luput dari pelbagai tantangan. “Dari medan untuk akses ke BTS yang berat, pengiriman material terkendala, hingga keamanan,” katanya.
Namun, menurut dia, masalah penyediaan jaringan kepada masyarakat harus segera diselesaikan sesuai jadwal. Musababnya, penyediaan Internet broadband sudah sangat mendesak.
“Kalau pun ada keterlambatan diharapkan jangan terlalu lama. Kita memberikan kepercayaan besar pada Bakti dan berharap tugas besar dapat dituntaskan,” ucapnya.
Adapun Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian Next Policy Fithra Faisal melihat proyek BTS sebagai pengembangan dari Palapa Ring perlu ditinjau lagi pembangunannya. Musababnya, pembangunan Palapa Ring sebagai backbone atau tulang punggung masih banyak mengalami hambatan, utamanya di pulau-pulau terpencil.
“Itu saja sudah cukup merepotkan. Ditambah lagi pembangunan BTS yang juga sama-sama menyulitkan. Saya rasa itu yang menyebabkan perkembangan Palapa Ring plus backhaulnya, yaitu BTS, memang cukup terbatas,” katanya.
Sebagai alternatif, pemerintah bisa memilih opsi lain memperluas jaringan Internet dengan cara yang lebih efisien. Misalnya dengan membangun starlink yang telah dikembangkan Space X. Teknologi yang telah dipakai di Ukraina itu terbukti dapat dimanfaatkan di tengah perang.
Semestinya, ujar Fithra, dalam kunjungan Presiden Joko Widodo alias Jokowi ke kantor Space X untuk menemui Elon Musk beberapa waktu lalu, opsi-opsi penyediaan jaringan telekomunikasi ini turut dibicarakan. “Tapi kenapa Menkominfo saat itu tidak ikut?” kata dia.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | VINDRY FLORENTIN
Baca: Kominfo Dorong Anak Muda Wujudkan Komunitas Digital ASEAN
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini