Proyek 4G BTS merupakan proyek strategis nasional yang didanai dari iuran perusahaan operator yang dikelola BAKTI sebagai bagian dari APBN. Pembangunan BTS menggunakan skema kontrak tahun jamak atau multiyears. Untuk tahap pertama, penyaluran anggaran dilakukan secara penuh ke kontraktor mitra per Desember 2021.
Namun pada akhir tahun lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika mengusulkan agar jangka waktu pengerjaan BTS tahap pertama diperpanjang hingga Maret 2022. Karena itu, kontraktor diminta menyertakan tambahan bank garansi.
“Mereka harus ada bank garansi sebesar nilai pekerjaan yang belum diselesaikan,” kata Feriandi.
Adapun pembangunan BTS tahap pertama melibatkan tiga konsorsium. Konsorsium pertama adalah konsorsium Lintasarta, Huawei, dan SEI yang melakukan pekerjaan di Papua dan Papua Barat. Jumlah BTS yang digarap konsorsium ini 954 sites.
Kemudian konsorsium kedua adalah IBS dan ZTE. Konsorsium ini melakukan pekerjaan di wilayah Papua dengan jumlah 1.811 sites. Lantas konsorsium ketiga adalah Fiberhome, Telkom Infra, dan MTD. Konsorsium tersebut melakukan pekerjaan di wilayah non-Papua, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera, Maluku, Sulawesi, dengan total 1.435 sites.
Setelah pekerjaan rampung, operator seluler dalam negeri akan mengoperasikan BTS. Feriandi mengatakan XL Axiata akan menjadi operator di BTS wilayah Sumatera. Sedangkan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua dioperatori Telkomsel.
Pembangunan BTS Perlu Ditinjau