Akses Menuju Stasiun Manggarai Tidak Memadai
Ia mengatakan permasalahan paling mendesak adalah akses menuju Stasiun Manggarai yang kurang memadai, dengan jalan sempit dan lingkungan sekitar yang padat, semrawut, dan tidak teratur.
Ruas jalan Tambak dan Jalan Manggarai Utara merupakan jalan sempit. Selain itu, terdapat beberapa titik penyempitan jalan yang menjadi penyebab kemacetan, antara lain di terowongan lintas bawah Manggarai, area drop off depan stasiun, dan jembatan dekat pintu air.
“Apabila rencana ini benar terjadi, agar pemerintah menuntaskan problem tersebut lebih dahulu. Salah satunya memikirkan daya tampung dari Stasiun Manggarai,” tutur Joko.
Akses jalan dan kapasitasnya, menurut Joko, seharusnya tidak jauh berbeda dengan di Stasiun Gambir, termasuk lahan parkir untuk kendaraan bermotor dan tidak bermotor. Adapun alasan teknis pemilihan lokasi tersebut karena tidak hanya KA jarak jauh, namun Stasiun Manggarai juga disiapkan sebagai pusat perlintasan kereta bandara dan kereta listrik commuter line (KRL). Akibatnya, fungsi Stasiun Gambir akan beralih menjadi stasiun biasa sebagaimana stasiun lain yang dilintasi KRL.
“Stasiun Manggarai adalah stasiun sentral yang pengembangannya masih memungkinkan berdasarkan pertambahan frekuensi jumlah perjalanan KA, meliputi KRL, KA Jarak Jauh maupun Kereta Bandara. Dengan pemusatan Stasiun Manggarai, maka bottleneck berupa perlambatan headway atau kereta masuk ke stasiun berikutnya tidak akan terjadi seperti sekarang ini,” terang akademisi Program Studi Teknik Sipil Unika Soegijapranata ini.
Ia menjelaskan saat ini bottleneck terjadi ketika KRL hendak masuk Stasiun Manggarai dan harus menunggu kereta yang lain lewat dulu. Ia berharap PT KAI bisa mengentaskan masalah ini. PT KAI saat ini telah menerapkan peralihan sinyal atau switch over 5 (SO 5) sebagai salah satu upaya menata lalu lintas kereta di dalam Stasiun Manggarai.
“Baik itu KRL, kereta jarak jauh, kereta bandara pun bisa dipusatkan di Stasiun Manggarai. Karena pengembangan Stasiun Manggarai memang didesain untuk perencanaan pengembangan jika kapasitas penumpang sudah semakin tinggi,” katanya.
Kendati demikian, yang perlu diperhatikan jika Stasiun Manggarai menjadi pusat perlintasan dan persinggahan kereta, maka akses atau jangkauannya perlu ditambah. Ia menyarankan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dilibatkan untuk membuka lahan yang saat ini banyak dimanfaatkan warga sebagai tempat hunian di sekitar Manggarai.
“Pengembangan Stasiun Manggarai masih memungkinkan untuk dilakukan pada 5-10 tahun mendatang. Sebab masih ada Balai Yasa di Manggarai, itu bisa digeser atau dipindahkan untuk kemudian lahannya dikembangkan sebagai stasiun. Bahkan Transit Oriented Development (TOD) juga masih memungkinkan kok untuk dibangun di sekitar Stasiun Manggarai,” tuturnya.