TEMPO Interaktif, Makassar: Senior Vice President PT Charoen Pokpohand Indonesia, Eastern Indonesia Area, Christian Tiono, mengungkapkan kadar air yang tinggi masih menjadi kendala untuk mengekspor jagung. Untuk kualitas ekspor, kadar air maksimal 18 persen, tapi Charoen Pokphand memberi toleransi ke petani hingga 35 persen.
"Kami dapat melakukan proses pengeringan dengan menggunakan drier dan silo," kata Christian di sela acara ekspor perdana 6.300 ton jagung ke Philipina di pelabuhan Soekarno - Hatta, Makassar, Kamis (12/2).
Konsekuensi dari toleransi kadar air ini, dia melanjutkan, harga pembelian di tingkat petani hanya berkisar Rp 1.600 per kilogram, sementara harga internasional saat ini mencapai US$ 182 per ton.
Christian mengungkapkan, kebutuhan jagung Philipina sebesar 100 ribu ton, dan baru bisa dipenuhi 6.300 ton. Rencananya Maret nanti Charoen Pokpohand akan kembali mengekspor sebesar 1.700 ton jagung yang diupayakan berasal dari Sulawesi Selatan.
Selain Philipina, kata Christian, Malaysia juga telah mengajukan permintaan impor jagung sebanyak 2.8 juta ton untuk tahun ini. “Peluang pasar jagung di luar negeri cukup besar. Malaysia saja membutuhkan 2,8 juta ton dan Philipina 100 ribu ton," katanya.
Brunei dan Singapura juga sudah melakukan penjajakan. "Makanya, kami siap membeli produksi jagung dari petani di Sulawesi Selatan, berapapun jumlahnya.”
PT Charoen telah membeli jagung dari Sulawesi Selatan sebanyak 170 ribu ton, sejak drier dan silo dioperasikan di Makassar Maret 2008 lalu. Selain diolah sendiri di Makassar, sebagian jagung itu juga dikirim ke beberapa wilayah di Indonesia , seperti Jakarta dan Medan.
Irmawati