INFO BISNIS - Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) memberangkatkan 53 pemuda untuk mengikuti program magang ke Jepang. acara pelepasan tersebut dilakukan oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.
"Kalian pilihan Tuhan dan Negara. Kalian akan praktik langsung. Istimewa belajar ke Jepang ini. Di Jepang hanya 25 persen dari total seluruh negaranya yang digunakan untuk lahan pertanian. Tapi mereka mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, ekspor dan yang terpenting menyejahterakan masyarakatnya," kata Mentan.
Ia meminta peserta magang saat nanti kembali ke Indonesia dapat mengimplementasikan segala hal yang didapat di Jepang. "Ilmunya, etos kerjanya, teknologinya, terapkan nanti di Indonesia," ucap Mentan.
Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, menjabarkan bahwa 53 pemuda tersebut mengikuti program magang selama 1 tahun. Program ini merupakan salah satu cara untuk membangun petani-pengusaha milenial yang profesional, berdaya saing, dan berjiwa wirausaha.
"Tentu ini adalah upaya kita sebagai solusi untuk mengantisipasi jumlah petani kolotnial (istilah untuk petani generasi tua) yang jauh lebih banyak, yakni sebesar 71 persen. Sementara sisanya sebanyak 29 persen petani milenial," kata Dedi.
Menurut dia, saat ini minat menjadi petani semakin berkurang. Untuk mendorong minat anak-anak muda kembali terjun ke sektor pertanian, harus ada stimulus yang membuat mereka tergerak.
"Kita harus membangun petani yang profesional dan berdaya saing. Ke depan, persaingan produk pertanian luar biasa kompetitif. Pertanian bisa berkelanjutan manakala kita membangun agri-bisnis. Tentu dari sana pertanian akan mendapatkan keuntungan yang maksimal," tutur Dedi.
Untuk menuju pertanian berwawasan agri-bisnis, maka Dedi menilai kata kuncinya adalah petani milenial yang harus digembleng. "Melalui program magang ke Jepang inilah kita ingin membangun hal itu," ujarnya.
Petani milenial yang akan dikirim ke Jepang akan belajar sektor pertanian dari hulu hingga hilir. "Belajar dari on farm-nya, bagaimana menanam, varietas yang bagus, me-maintance atau merawat tanaman, panen, pascapanen, olahan, kemasan, distribusi, hingga memasarkan produk," kata Dedi.
Selanjutnya, juga belajar beberapa sektor pertanian seperti peternakan dan hortikultura. "Pada saat mereka belajar, terus kita pantau, termasuk progres-nya seperti apa. Sepulang dari Jepang kita fasilitas, dampingi agar mengambil KUR untuk memperkuat agri-bisnisnya. Kita dorong mereka memanfaatkan KUR agar bisa melipatgandakan keuntungan, meningkatkan volume usahanya, asetnya," ujar Dedi.
Dengan begitu, akan terbentuk petani milenial yang berdaya saing dan berjiwa usaha. "Sehingga mereka nantinya akan me-reaktiviasi, meresonansi petani milenial di sekitarnya. 1 persen saja penduduk Indonesia memiliki petani berwawasan seperti itu, maju kita," katanya.
Ke depan, kata Dedi, Kementan juga tengah mengkomunikasikan agar petani milenial bisa menjejaki ilmu dalam program magang ke Korea Selatan. "Nah, program magang ke Korea Selatan ini sedang kami jajaki. Kita berharap nanti petani milenial kita juga bisa menimba ilmu di Korea Selatan," ucapnya. (*)