Menghitung cadangan logam tanah jarang juga dipandang penting agar Indonesia mengetahui titik dan posisi mana yang dapat diekstraksi di dalam proses untuk menghasilkannya.
Taufiek mengatakan Kemenperin saat ini telah mempersiapkan peta jalan untuk pengembangan logam tanah jarang, karena dari fungsinya sangat strategis untuk industri pertahanan, medis, dan teknologi hijau ke depannya.
Untuk industri kesehatan sendiri, komoditas tersebut bermanfaat untuk memproduksi alat Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan sinar laser karena kekuatan optik.
Sedangkan, untuk teknologi hijau, Indonesia masih mengimpor 1 juta dolar AS untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun ke depannya, Kemenperin mengantisipasi peningkatan kebutuhan yang lebih tinggi.
"Nah ini kami sudah petakan dan akan berusaha memasukkan regulasinya. Jadi, banyak magnet dan katalis, serta ada juga kebutuhan industri secara khusus di sana. Kami sudah petakan semua," ungkap Taufiek.
Kendati demikian, Taufiek menyampaikan peta jalan itu tidak bisa bekerja dengan baik tanpa adanya kekuatan cadangan logam tanah jarang itu sendiri dan industri yang memang fokus di bidang pertambangan tanah jarang.
BACA: Polri dan Kemenperin Bentuk Satgas Awasi Produksi Minyak Goreng
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu