4. Peringatan bagi Pertamina
Menaggapi pencegatan kapal tersebut, pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, mengatakan kejadian ini adalah peringatan bagi Pertamina. Dia menyatakan memang sudah semestinya perusahaan minyak negara menyediakan buffer stock sebagai cadangan untuk mencegah kelangkaan BBM.
Untuk memperoleh buffer stock tersebut, Pertamina perlu menambah impor BBM dari berbagai negara. Namun, kondisi geopolitik negara asal impor BBM perlu menjadi pertimbangan.
“Jangan sampai Pertamina mengimpor BBM dari negara yang berkonflik karena akan menyebabkan keterlambatan pengiriman dan hambatan lain, termasuk reaksi dunia internasional yang akan berpengaruh pada cost,” kata Fahmy.
5. Rencana Pertamina beli minyak dari Rusia
Rencana Pertamina membeli minyak mentah dari Rusia untuk memenuhi kebutuhan diungkapkan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati pada akhir Maret lalu. Ia mengatakan perseroan sedang menyiapkan proses pembelian secara business to business atau B to B.
“Kami sedang koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri,” ujar Nicke dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR.
Nicke mengatakan selain dengan Kementerian Luar Negeri, perusahaan minyak negara berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Ia memastikan proses pembelian tersebut tidak akan menimbulkan persoalan politis sepanjang perusahaan yang bekerja sama dengan Pertamina tidak terkena sanksi.
“Untuk pembayaran mungkin nanti melalui India,” ucap Nicke.
Pertamina, kata Nicke, melihat adanya peluang di tengah konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Dalam situasi perang, Rusia berpotensi menjual minyak mentah dengan harga lebih murah. Musababnya, negara tersebut mendapat banyak sanksi perdagangan dari negara barat.
“Kita melihat ada opportunity untuk membeli dari Rusia dengan harga yang lebih baik,” tutur Nicke. Minyak mentah dari Rusia tersebut akan diolah di Kilang Balongan milik Pertamina. Namun pembelian masih menunggu pembenahan atau revamping kilang selesai.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BISNIS
Baca: Kemenlu Buka Lowongan Kerja sebagai Pegawai Perwakilan RI di Luar Negeri