“Sapi siap potong yang ada di pasar sapi tradisional di Jatim mulai langka, sedangkan stok sapi dari negara tetangga seperti Australia dan Brasil juga sangat minim. Sehingga harga sapi hidup terus mengalami kenaikan,” kata Muthowif ketika dihubungi pada pekan lalu.
Kalaupun ada, harga sapi siap potong dari Australia sudah sangat tinggi dan dijual seharga Rp 54.000 per kilogram timbang hidup. Bila dikonversi ke dalam harga daging segar menjadi sekitar Rp 132.500 per kilogram. Ia memperkirakan harga daging sapi segar bakal naik menjadi Rp 130 ribuan per kilogram menjelang bulan Ramadan.
Sementara itu, kalangan importir keberatan mendatangkan sapi bakalan dari Australia karena tren kenaikan harga sudah terjadi November tahun lalu. Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong (Gapuspindo) Joni P. Liano berharap pemerintah membuka kesempatan impor bagi swasta di negara lain seperti India, Meksiko dan Brasil.
Dari catatan Gapuspindo, harga impor sapi bakalan jantan dari Australia pada November 2021 berada di angka US$ 3,65 per kilogram (CIF) atau setara dengan Rp 56.574 per kilogram (landed kandang). Tiga bulan kemudian, harga beli sapi dari Australia itu melonjak 24,1 persen menjadi US$ 4,53 atau Rp 70.413 per kilogram pada Februari 2022.
“Kalau kita tidak diperkenankan menyesuaikan harga ya kita rugi dong,” ucap Joni, Selasa lalu, 1 Maret 2022.
Adapun stok sapi hidup di Gapuspindo saat ini mencapai 96.000 ekor. Dari angka itu, per bulan stok dikeluarkan sebanyak 40.000 ekor. Artinya, pada lebaran nanti akan ada 40.000 sapi siap potong dari hasil impor. “Jika tidak ada replacement stock atau pemasukan di bulan Maret hingga April maka sapi di kandang feedlot akan kosong,” kata dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Juan Permata Adoe menyebutkan pemicu lonjakan harga daging sapi lantaran pasokan yang terbatas di sejumlah daerah non sentra produksi seperti kawasan Jabodetabek.
Akibatnya, kata Adoe, klaim ketersediaan daging sapi dan kerbau domestik yang disebut surplus hingga 2.736,7 ton tidak efektif menekan gejolak harga di pasar. “Ukuran kita kan pasar. Jika harga bergerak naik, berarti ada sesuatu yang kurang. Kalau harga turun, maka suplai cukup,” katanya ketika dihubungi.
Ia memastikan bila pasokan ke sejumlah daerah non sentra produksi itu cukup, maka harga daging sapi dapat ditekan ke level yang wajar. “Nanti kalau daging kerbau sudah masuk ke Jakarta pasti harga akan turun lagi, situasinya memang suplai memang agak sulit karena kita tergantung pada logistik,” tuturnya.
ANTARA | BISNIS
Baca: Harga Minyak Dunia Meroket ke USD 113,94 per Barel, Apa Saja Pemicunya?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.