TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas dunia melemah pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis pagi, 3 Maret 2022. Turunnya harga komoditas tersebut terjadi karena para investor mengambil keuntungan dari lonjakan harga sebelumnya.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, mencatat harga emas tergelincir US$ 21,5 atau 1,11 persen menjadi US$ 1.922,3 per troy ounce.
Sementara harga emas berjangka melonjak 2,27 persen atau US$ 43,1 menjadi US$ 1.943,8 per ounce pada Selasa lalu, 1 Maret 2022. Kenaikan harga emas itu menandai level tertinggi dalam 13 bulan terakhir.
Direktur perdagangan logam di High Ridge Futures, David Meger, menyatakan melemahnya harga emas di antaranya karena ada sedikit kebutuhan yang lebih rendah untuk tempat berlindung yang aman. "Kami telah melihat pasar ekuitas stabil," tuturnya.
Sebelumnya Wall Street telah menguat dan imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun naik tipis usai Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengisyaratkan kenaikan suku bunga bisa dimulai bulan ini meskipun ada ketidakpastian seputar konflik di Ukraina.
Walaupun emas dianggap sebagai produk investasi yang aman selama ketidakpastian, komoditas itu sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS. Oleh karena itu, banyak kekhawatiran di kalangan investor bila memegang emas tanpa imbal hasil.
Kalangan analis memperkirakan pergerakan emas telah dipimpin oleh sejumlah pemain besar yang kemudian mendorong penurunan harga lebih dalam. Namun begitu, tidak jelas siapa atau apa yang mendorong pergerakan tersebut.