John Kilduff, mitra di Again Capital di New York, menyatakan kenaikan harga minyak menunjukkan kekhawatiran pasar. Ia mengatakan para pedagang telah kecewa dengan besarnya pelepasan cadangan minyak mentah strategis.
Adapun sanksi yang dipimpin AS terhadap Rusia, meski sebagian besar tidak secara khusus menargetkan sektor energi, tetapi para pedagang cenderung menghindari perdagangan dengan Rusia. Mereka malah memperketat pasokan untuk jenis minyak mentah lainnya.
Perusahaan pelayaran terbesar di dunia, AP Moeller-Maersk A/S, telah menghentikan pergerakan peti kemas ke dan dari Rusia. Sedangkan Inggris telah melarang semua kapal dengan koneksi Rusia memasuki pelabuhannya.
Beberapa perusahaan minyak dan gas besar termasuk BP dan Shell PLC juga telah mengumumkan rencana untuk keluar dari operasi dan usaha patungan Rusia. Sedangkan TotalEnergies SA mengatakan tidak akan menginvestasikan modal lebih lanjut dalam operasinya di Rusia.
Adapun pemasok minyak global terbesar, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, belum memberi sinyal menggenjot produksi minyak hingga melebihi perkiraan kenaikan 400.000 barel per hari (bph) pada April mendatang. Hal ini tak kunjung disetujui walaupun ada permohonan dari Amerika Serikat dan lain-lain.
Sementara itu, pasar minyak mengabaikan prospek bearish dari peningkatan stok minyak mentah AS. Kalangan analis memperkirakan data AS terbaru akan menunjukkan peningkatan stok minyak mentah hingga 2,7 juta barel dalam seminggu hingga 25 Februari.
ANTARA
Baca: Usai Klarifikasi Soal Kuliahnya, Wirda Mansur Ajak Berbisnis di Milenial Anti Bokek
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.