TEMPO.CO, Jakarta - Harga minyak dunia melejit pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WB hingga lebih dari 7 persen dan menembus level tertinggi sejak tahun 2014 silam. Minyak mentah berjangka jenis Brent untuk pengiriman bulan Mei mendatang tercatat melonjak US$ 7 atau 7,1 persen menjadi US$ 104,97 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April naik US$ 7,69 atau 8 persen, menjadi US$ 103,41 per barel. Persentase kenaikan harian itu tercatat sebagai yang terbesar sejak November 2020.
Lonjakan harga minyak dunia itu dipicu oleh kesepakatan global untuk melepaskan cadangan minyak mentah yang ternyata gagal menenangkan kekhawatiran tentang gangguan pasokan dari invasi Rusia ke Ukraina. Keputusan itu malah semakin makin menimbulkan kekhawatiran kekurangan energi.
Anggota Badan Energi Internasional (IEA), yang meliputi Amerika Serikat dan Jepang, sebelumnya sepakat melepaskan 60 juta barel minyak mentah dari cadangan mereka. Hal ini dilakukan untuk meredam kenaikan tajam harga yang mendorong harga acuan utama melewati US$ 100 per barel.
Namun, penjualan 60 juta barel minyak mentah yang setara dengan konsumsi minyak dunia selama kurang dari satu hari tersebut hanya menambah ketakutan pasar bahwa pasokan tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat.
Dalam perdagangan intraday, Brent sempat mencapai rekor tertinggi sejak Juli 2014 dan WTI tertinggi sejak Juni 2014. Selain minyak mentah, minyak pemanas AS dan bensin berjangka juga mencapai tertinggi sejak 2014.
Sebelumnya, pada Selasa, 1 Maret 2022, langkah militer Rusia di Kyiv, ibu kota Ukraina, terhenti. Saat itu pasukan berjuang dan menghadapi tantangan logistik dasar, termasuk kekurangan makanan dan bahan bakar.