INFO BISNIS – Perbankan merupakan motor penggerak meningkatkan kesejahteraan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Tidak heran, pemerintah mendorong kontribusi perbankan melalui target penyalurankredit UMKM nasional mencapai 30 persen dengan total pembiayaan setara Rp1.800 triliun.
Semangat ini juga sejalan dengan agenda prioritas dalam Presidensi G20 di Indonesia, yakni inklusi keuangan. Terutama, terkait peran teknologi digital dan peluang meningkatkan akses bagi UMKM dalam hal pembiayaan dan pemasaran.
Menteri KoordinatorBidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kucuran modal yang memadai terhadap pelaku UMKM dapat mengakselerasi pemulihan sektor yang menjadi contributor utama Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tersebut. Memiliki rekam jejak yang mengesankan sebagai bank UMKM, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk siap menjadi pemain utama mendongkrak agregat kredit UMKM nasional.
Airlangga pun mendorong kredit UMKM nasional dapat terus meningkat, seiring perbaikan demand side di sektor tersebut. “Dikenal sebagai bank para UMKM, BRI memiliki kontribusi besar dalam pencapaian target tersebut,” ujar Airlangga dalam keynote speech di BRI Microfinance Outlook 2022 Kamis, 10 Februari 2022.
Adapun porsi kredit UMKM hingga saat ini baru menyentuh 18,4 persen atau setara Rp 1.200 triliun. Aspek permodalan ini diharapkan dapat terus meningkat dengan kontribusi dan kapabilitas BRI yang berpengalaman mengucurkan modal dan memberdayakan UMKM Indonesia.
“Kami bisa mendorong financial inclusion. Nah, dukungan UMKM terus didorong, dan tentu kami melihat BRI adalah salah satu yang memberikan loan besar kepada sektor UMKM. Karena tidak semua perbankan konsentrasinya pada usaha kecil dan menengah, sehingga dari segi pemerintah mungkin yang penting agregatnya. Karena kami tidak melihat semua one size fit for all, tapi yang jadi target pemerintah adalah total agregatnya,” kata Airlangga.
Airlangga mengatakan UMKM yang terus ‘naik kelas’ berimplikasi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebab, Kementerian Koperasi dan UKM pada 2019 mencatat 65,46 juta unit atau sekitar 99,99 persen dari total usaha nasional. Jumlah tersebut mampu menyerap sekitar 119,5 juta tenaga kerja atau setara 96,92 persen dari total tenaga kerja di Indonesia.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan strategi business follow stimulus yang diterapkan BRI turut mempercepat pemulihan sektor UMKM. Hal ini tercermin dari kepercayaan yang diterima BRI sebagai bank terbesar yang mendapat alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Seperti diketahui, BRI terus mendapatkan tambahan alokasi KUR setiap tahunnya. Pada 2022, alokasi KUR BRI menyentuh Rp 260 triliun atau setara 70 persen dari total nilai KUR yang sebesar Rp 373,17 triliun. Angka ini meningkat disbanding alokasi tahun sebelumnya sebesar Rp 195,59 triliun.
Sri Mulyani menuturkan, kucuran stimulus KUR ini turut ditopang oleh belanja Kementerian/Lembaga (K/L) untuk pengembangan UMKM. Pada 2019, belanja K/L untuk pengembangan UMKM sebesar Rp 27 triliun, lalu meningkat menjadi Rp 157,7 triliun di 2020, Rp 117,3 triliun di 2021, dan Rp 37,3 triliun di 2022.
“Ada pula bantuan-bantuan terhadap UMKM, seperti subsidi KUR, non-KUR, iuran jaminan, dan juga PPH final. Ada juga bantuan listrik, DTP untuk sewa outlet, pembebasan rekening minimum, itu semuanya diberikan kepada UMKM. Jumlahnya melonjak dari Rp 18 triliun sebelum pandemi Covid-19 menjadi Rp 40 triliun. Dan tahun lalu Rp 60 triliun,” ujarnya.
Di sisi lain, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo membeberkan kontribusi Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dalam peningkatan porsi kredit UMKM yang telah mencapai 11,5 persen. Itu artinya, lebih dari separuh porsi kredit UMKM di tangan empat bank milik negara tersebut.
Menurut Kartika, angka ini diharapkan dapat terus meningkat seiring pertumbuhan bisnis Himbara yang terusmenguat. “Dari sisi nasional UMKM Himbaraini telah mencapai 62,5 persen dari UMKM nasional. Tentunya untuk mencapai target 30 persen dari total balance kredit nasional, Himbara akan menjadi komponen utama untuk mencapai target dari tercapainya 30 persen kredit nasional di kredit UMKM,” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan masih ada ruang bagi BRI melakukan ekspansi kredit. Hal ini dilihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) BRI yang berada di angka 83 persen.
“Kalau untuk LDR idealnya 90-91 persen, maka dari sisi likuiditas maupun dari sisi capital punya peluang dan kemampuan untuk tumbuh secara agresif. Tinggal sekarang loan demand-nya itu yang harus kita petakan dengan baik,” ujar Sunarso.
Dari segi permodalan, BRI punya Capital Adequacy Ratio (CAR) 25,28 persen atau tiga kali lipat diatas threshold yang diatur Bank Indonesia (BI). Apalagi, BRI baru saja mendapatkan tambahan modal melalui proses rights issue sehingga perseroan mendapat dana segar dari investor publik sebesar Rp 41 triliun.
Saat ini, porsi kredit UMKM BRI mencapai 83,86 persen. Dengan strategi transformasi dalam blueprint BRIVolution 2.0, Sunarso optimistis porsi kredit UMKM bisa menyentuh 85 persen pada 2024.(*)