Setelah terkontraksi 3,3 persen pada 2020, IMF memproyeksikan bahwa ekonomi global akan tumbuh 5,9 persen pada 2021 dan kembali mengalami kontraksi ke 4,4 persen pada 2022.
Faktor lain yang berkontribusi terhadap kontraksi tersebut, di antaranya meningkatnya harga pangan dan energi, potensi kenaikan suku bunga, gangguan rantai pasokan, bencana akibat perubahan iklim, dan meningkatnya ketegangan geopolitik. “Untuk dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, maka penanganan pandemi menjadi prasyarat utama,” ucap Erwin.
14 Poin Komunike Hasil Pertemuan Menkeu-Bank Sentral G20
Pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 telah mendiskusikan enam agenda prioritas. Keenam agenda prioritas itu meliputi ekonomi dan kesehatan global, arsitektur finansial internasional, isu sektor finansial, keuangan berkelanjutan, infrastruktur serta perpajakan internasional.
Dari pertemuan tingkat tinggi itu juga dihasilkan 14 komunike. Berikut rinciannya:
1. Melanjutkan pemulihan yang merata secara global baik dari sisi kesehatan seperti distribusi vaksin, therapeutic dan diagnostik maupun ekonomi
2. Menggunakan semua alat untuk mengatasi dampak pandemi khususnya kepada yang paling terkena dampak
3. Menekankan prioritas tindakan kolektif dan terkoordinasi untuk mengendalikan pandemi di seluruh dunia
4. Memastikan implementasi secara global terkait dua pilar perpajakan internasional pada tahun 2023
5. Memperkuat ketahanan keuangan jangka panjang dari arsitektur keuangan internasional termasuk mempromosikan aliran modal yang berkelanjutan dan mengembangkan local currency capital markets
6. Mendukung negara-negara rentan yang salah satunya sebesar 60 miliar dolar AS melalui penyaluran Special Drawing Rights (SDRs) dan menyerukan kepada IMF untuk membentuk Resilience and Sustainability Trust (RST)