TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI Didiek Hartantyo mengungkapkan rencana besaran tarif kereta lintas raya terpadu (LRT). Didiek mengatakan tarif bakal naik dari rencana semula Rp 12 ribu menjadi Rp 15 ribu.
Nilai tarif yang lebih besar berhubungan dengan pembengkakan nilai investasi kereta layang. Didiek menyatakan terjadi cost overrun investasi dari semula Rp 29,9 triliun menjadi Rp 32,5 triliun.
Baca Juga:
"Ada cost overrun Rp 2,6 triliun karena pergeseran target COD (commercial operation date) yang semula 2019 menjadi 2022, terutama terkait pembebasan lahan di Depo Bekasi Timur," ujar Didiek dalam Diskusi Publik Persiapan Operasional LRT Jabodebek di Grand Hyatt, Jakarta, Rabu, 19 Januari 2022.
Selain lantaran mundurnya target operasi, pembengkakan investasi terjadi karena hambatan pembangunan akibat pandemi Covid-19. Didiek tidak menjelaskan detail komponen pembentuk tarif LRT setelah disesuaikan dengan naiknya kebutuhan investasi ini.
Namun ia menerangkan, untuk menutup melarnya kebutuhan modal, KAI telah memperoleh penyertaan modal pemerintah (PMN) senilai Rp 2,6 triliun.
Kebutuhan menambal pembengkakan investasi, Didiek menuturkan, tidak bisa dipenuhi dari pinjaman sindikasi.