"Untuk mencapai 300.000 BOPD tidak hanya mengebor sumur baru, namun semua ekosistemnya harus disiapkan dan ini butuh investasi yang besar," kata Jaffee.
PHR yang didirikan pada 20 Desember 2018 mulai mengambil alih pengelolaan Wilayah Kerja (WK) Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia pada 9 Agustus 2021. Selain WK Rokan, sebagai induk perusahaan Regional 1 Sumatera, PHR juga mengelola seluruh aset-aset produksi Pertamina di Sumatera.
Saat ini Regional 1 Sumatera berkontribusi 35 persen dari total produksi migas Pertamina melalui Subholding Upstream. Selain siap mendukung Pertamina menjadi perusahaan energi global dengan aset US$100 miliar, PHR juga ingin menjadi perusahaan migas global.
Untuk mendukung cita-cita tersebut, PHR mempunyai tagline "SUMATERA" atau SUstainable, MAsif, To grow, Efficient, Resilient dan Agressive.
Dengan begitu, kata Jaffee, perusahaan tidak hanya menahan penurunan, tapi juga meningkatkan produksi. "Karena Rokan kalau tanpa ada usaha apapun, penurunannya bisa 26 persen. Selain itu untuk menopang pertumbuhan kami juga memberi peluang bagi anak bangsa dan putera daerah untuk berkarya di PHR," tuturnya.
Sementara itu, Komisaris Independen Pertamina Hulu Rokan, Reinhard Parapat, berharap semua pihak untuk mendukung perusahaan, sebagai salah satu produsen minyak terbesar agar terus menunjukkan kinerja terbaiknya. "Hal ini untuk menunjang target produksi satu juta barel minyak per hari pada 2030," ucapnya.
BISNIS
Baca: Investor Aset Kripto Salip Pasar Modal, Tokocrypto: 4 Tahun Lagi Tembus 30 Juta
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.