TEMPO.CO, Jakarta - Chief of Retail & SME Business Bank Commonwealth Ivan Jaya memprediksi dunia bisnis akan melanjutkan pemulihan dan pertumbuhannya pada 2022. Kinerja pasar saham pun diproyeksi lebih baik dibanding tahun ini.
“Optimisme pemulihan ekonomi pada tahun 2022 akan terus berlanjut dan membawa perubahan yang lebih baik lagi di dunia investasi. Pasar saham dan reksa dana saham memiliki potensi yang sangat baik di 2022,” kata Ivan dalam siaran pers, Rabu, 29 Desember 2021.
Hal ini dilihat dari tingginya jumlah masyarakat dunia yang telah mendapatkan vaksin sehingga membuat kondisi berubah menjadi endemi. Selain itu, perkembangan sektor digital dan teknologi di pasar saham domestik yang memberikan darah baru pada 2021 dengan kinerja yang sangat baik.
“Dimulainya era digital di pasar saham Indonesia membuat sektor digital dan teknologi masih memiliki peluang untuk mencatatkan kinerja yang baik pada tahun depan. Ditambah dengan semakin banyaknya perusahaan start up teknologi yang berencana mencatatkan saham perdananya di bursa domestik akan memicu derasnya aliran dana asing ke bursa saham,” kata Ivan.
Menurut OJK, hingga 13 Desember 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat ke level 6.662,87 atau tumbuh 18,44 persen year to date (ytd), dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 8.350,83 triliun.
Penghimpunan dana di pasar modal hingga 7 Desember 2021 telah mencapai Rp 335,8 triliun, dari 180 penawaran umum. Capaian tersebut jauh melampaui capaian pada 2020, yakni penghimpunan dana sebesar Rp 118,7 triliun di pasar modal.
Melihat kondisi yang makin kondusif dan bergerak ke arah yang lebih baik, Ivan merekomendasikan untuk memperbesar komposisi reksa dana saham pada portfolio investasi yang tetap disesuaikan dengan profil risiko setiap investor. Sebagai contoh, untuk investor dengan profil risiko balanced dapat menambah porsi reksa dana saham menjadi 35 persen dari 30 persen.
Sedangkan, untuk porsi reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang masing-masing 35 persen dan 30 persen. Dan, untuk investor yang memiliki profil risiko yang lebih agresif atau growth bisa menerapkan komposisi portfolionya sebagai berikut: reksa dana saham 65 persen, reksa dana pendapatan tetap 20 persen, dan reksa dana pasar uang 15 persen.
Baca Juga: Bukalapak: Pengunduran Diri Rachmat Kaimuddin Tak Pengaruhi Kelangsungan Usaha