Pasalnya, FDA menilai vaksin Moderna kuat dan cukup tinggi dalam menyebabkan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi apabila dipergunakan satu dosis. Ia mengatakan hal tersebut juga diendorse oleh BPOM.
"Nah kita sekarang sedang tes dari peneriti dari ITAGI, beberapa orang profesor dari UI, Unpad, UGM untuk teliti soal efektivitas booster. Mungkin keluar finalnya 10 Januari," tutur Budi.
Kalau penelitian mengonfirmasi hal tersebut, maka ia berujar pemerintah dapat menggunakan setengah dosis Pfizer dan Moderna untuk vaksinasi booster. Artinya, 54 juta dosis vaksin yang didapat dari donasi bisa disuntikkan ke lebih dari 100 juta penduduk sebagai booster.
"Kita tinggal address kebutuhan vaksin anak. Karena vaksin anak sama WHO, WHO belum 100 persen lepas. WHO melihat prioritas yang dewasa karena risiko lebih tinggi. Sementara risiko anak lebih rendah, jadi baru tiga vaksin yang diizinkan: Sinovac, Sinopharm, dan Pfizer," ujarnya.
CAESAR AKBAR
BACA: Prediksi Stok Vaksin 139 Juta Dosis di Akhir Desember, Menkes: Untuk 3,4 Bulan