Karena potensi produktifitas bambu di Indonesia empat kali lebih besar dibanding China, Menkop Teten mengatakan pendapatan petani dalam negeri bisa lebih besar.
Menkop menyebutkan pemerintah telah menyiapkan sejumlah stimulus dan ekosistem usaha yang sehat untuk mendukung pemulihan dan transformasi ekonomi UMKM.
Mulai dari Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM), Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM), Kredit Usaha Rakyat (KUR), kemitraan dalam rantai nilai BUMN dan usaha besar, hingga kepastian penyerapan produk melalui belanja pemerintah (pusat dan daerah), BUMN, swasta dan masyarakat.
Berbagai jenis kerajinan berbahan baku bambu yang diproduksi para perajin di Selaawi, di antaranya, mebel, furnitur, peralatan dapur, kap lampu, keranjang, sangkar burung, dan ornamen-ornamen kafe atau restoran.
Produk bambu asal Selaawi juga bisa menembus pasar internasional, seperti negara-negara Asia, Australia, dan Eropa.
Untuk Asia, negara yang sudah menjadi langganan antara lain ialah Thailand, Singapura, dan Korea Selatan. Bahkan, untuk kap lampu sudah sejak tiga tahun yang lalu rutin dikirim ke rumah makan yang ada di Singapura.
Ia mengharapkan Bamboo Creative Centre atau pusat kreatif bambu Selaawi menjadi contoh melahirkan inovasi baru produk olahan bambu (nilai tambah). "Sehingga, bisa meningkatkan pendapatan masyarakat," katanya.
BACA: Teten Masduki Sebut PR Utama Pengembangan Pasar UMKM adalah Rantai Pasok