TEMPO.CO, Jakarta - The Bank of England (BoE) atau Bank Sentral Inggris menjadi bank sentral utama pertama di dunia yang resmi menaikkan suku bunga acuan dari 0,1 persen menjadi 0,25 persen. Penyesuaian moneter ini dilakukan setelah inflasi di negara tersebut tembus 5,1 persen pada November lalu atau tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Kebijakan ini pun diambil karena adanya kemungkinan inflasi ini akan terus bergerak naik hingga mencapai 6 persen pada April mendatang atau tiga kali lipat dari target BoE. Gubernur BoE Andrew Bailey mengatakan pihaknya memperhatikan kemungkinan inflasi jangka menengah tersebut,
"Kami melihat kondisi saat ini dapat mengancam, itu sebabnya kami harus bertindak," kata Bailey pada Kamis, 16 Desember 2021, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, European Central Bank (ECB) atau Bank Sentral Eropa juga sudah memberi sinyal akan melakukan pengetatan stimulus merespons kondisi inflasi global ini. Lalu, Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) juga memberi sinyal kenaikan suku bunga acuan di 2022 ini.
Respons moneter The Fed ini juga terjadi karena lonjakan inflasi di negara itu. Oktober kemarin, inflasi Amerika Serikat mencapai 6,2 persen atau tertinggi dalam 30 tahun. November lalu masih naik lagi jadi 6,8 persen.
Bank Indonesia atau BI memperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak satu kali pada tahun depan. "Paling cepat triwulan III atau triwulan IV," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis, 16 Desember 2021.