Per kuartal ketiga tahun ini, pendapatan bersih HERO sebesar Rp 4,47 triliun atau turun ketimbang periode serupa tahun lalu yang sebanyak Rp 6,86 triliun. Pendapatan bersih jeblok di antaranya karena pandemi Covid-19 dan PPKM yang berdampak pada jumlah pengunjung yang lebih rendah dan juga dengan jam operasional yang lebih singkat
Pemberlakuan PPKM juga sangat berdampak terutama terhadap gerai-gerai Hero Group yang ada di dalam pusat perbelanjaan atau mall. Selain itu, pola belanja masyarakat berubah dan terlihat dari menurunnya popularitas hypermarket.
Laba kotor perseroan juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu dari Rp 1,79 triliun menjadi Rp 1,22 triliun. Dengan beban pokok pendapatan yang ikut turun dari Rp 5,07 triliun menjadi Rp 3,23 triliun.
Selama sembilan bulan pertama di tahun ini, kerugian yang dicatatkan perseroan mencapai Rp 747,43 miliar atau hampir dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 339,46 miliar. Bertambahnya kerugian dibandingkan dengan tahun lalu itu karena turunnya penjualan dan adanya beban restrukturisasi.
Sementara itu, total aset Hero Supermarket juga turun per kuartal ketiga tahun 2021 menjadi Rp 4,53 triliun ketimbang periode serupa tahun lalu yang sebanyak Rp 4,84 triliun. Ekuitas ikut turun dari Rp 1,85 triliun menjadi Rp 1,1 triliun dan liabilitas perseroan naik dari Rp 2,98 triliun menjadi Rp 3,44 triliun per September 2021.
BISNIS
Baca: Berstatus PKPU Sementara, Garuda Pastikan Penerbangan Tetap Normal
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.