Kerja sama dengan Antam dilakukan Archi lewat MSM dan TTN sejak Desember 2010, atau dua bulan sebelum penambangan emas di Toka Tindung dimulai. Kerja sama terakhir dilakukan 1 April 2020 dan berakhir 31 Desember 2022.
Lalu pada 16 April 2020, MSM dan TTN juga bekerja sama guna melakukan pemurnian di Bhumi Satu Inti untuk jangka waktu 3 tahun sampai 2023. Setelah dilakukan pemurnian, maka akan diperoleh produk berupa emas granula yang dijual Archi ke pasar internasional maupun lokal.
Di sisi lain, Archi juga mendirikan PT Elang Mulia Abadi Sempurna atau Lotus Archi pada 1 April 2019. Ini adalah perusahaan patungan bersama PT Royal Raffles Capital, perusahaan yang dimiliki oleh PT Lotus Lingga Pratama yang bergerak di bidang perhiasan. Lotus Archi inilah yang kemudian meluncurkan produk akhir yang selama ini dikenal di pasaran sebagai emas Merah Putih dalam bentuk gold minted bars.
Walau sudah ada produk emas Merah Putih, selama ini sebagian besar emas Archi masih dijual ke pasar ekspor. Sampai akhirnya pada 28 Juni 2021, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerbitkan Peraturan Pemerintah atau PP Nomor 70 Tahun 2021 tentang Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Tidak Dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau PPN.
Lewat beleid ini, Jokowi menetapkan emas granula dan juga anode slime (lumpur anoda sisa hasil pemurnian komoditas tambang mineral logam tembaga) tidak lagi dikenai PPN. Sehingga dari data year-to-date per September 2021, porsi penjualan ke pasar domestik naik menjadi sekitar 30 persen.
“Sejak perubahan peraturan perpajakan di tahun ini, kami juga sudah mulai untuk penjualan ke pasar domestik,” kata Investor Relations Archi Nathaniel Naldo Widjaja.
Namun, masalah pabrik pemurnian tetap menjadi kendala di Archi di tengah meningkatnya porsi penjualan domestik ini. Rudy bercerita pandemi Covid-19 telah membuat proses pemurnian di pabrik Antam terbatas, sehingga Archi harus mencari perusahaan alternatif. Situasi ini yang melatarbelakangi Archi mengalihkan sebagian proses pemurnian ke Bhumi Satu Inti, walaupun sampai sekarang, mayoritas pemurnian masih dilakukan di Antam.
Maka berkaca dari situasi ini, Archi pun bertekad ingin mendirikan pabrik pemurnian sendiri dan PT Elang Mulia Abadi Sempurna disiapkan menjadi kandidat perusahaan untuk menanganinya. Tujuannya agar semua proses dari menambang emas sampai menghasilkan produk akhir seperti emas batangan bisa dilakukan satu pintu di dalam perusahaan.
Tak hanya itu, kebutuhan akan pabrik pemurnian milik sendiri juga diperlukan karena Archi sedang menggenjot kapasitas produksi emas mereka. Kapasitas pabrik pengolahan yang ada di Toka Tindung akan digenjot menjadi 8 juta ton per tahun pada 2025. Penambahan kapasitas pabrik ini juga membuat Archi berpotensi memproduksi emas sampai 450 kilo ons atau setara 14 ton lebih per tahun.
Saat ini proses kajian masih dilakukan Archi, dari masalah investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik pemurnian sampai feasibility study atau uji kelayakan. Selain itu, belum diketahui berapa capital expenditure atau belanja modal yang dibutuhkan untuk membangun pabrik ini. “Kami belum bisa ungkap angkanya, karena tergantung rencana kapasitas pabriknya berapa,” kata dia.
Sejauh ini, Archi Indonesia masih mengandalkan pendanaan internal dan belum berencana mencari pendanaan eksternal, seperti pinjaman bank. Meski masih berjalan, Rudy pun berharap kajian ini bisa selesai di awal 2022 dan pembangunan pabrik bisa rampung juga di tahun tersebut. “Sehingga kami tidak bergantung dengan pihak ketiga,” kata dia.
Baca juga: Sri Mulyani Ungkap Penyebab Pertumbuhan Ekonomi Papua Lebih Tinggi dari Nasional
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.