TEMPO.CO, Manado -PT Archi Indonesia Tbk, salah satu produsen emas murni atau pure-play gold producer terbesar di Asia Tenggara, membeberkan rencana mendirikan pabrik pemurnian emas atau refinery milik sendiri mulai tahun depan. Archi tak lain adalah bagian dari PT Rajawali Corpora atau Rajawali, perusahaan milik pengusaha Peter Sondakh.
Pabrik tersebut dibangun agar Archi bisa menggarap semua lini bisnis dari hulu ke hilir. Mulai dari eksplorasi emas, menambang dan mengolah, melakukan pemurnian, sampai menghasilkan logam batangan yang bisa jadi aset investasi di masyarakat.
“Kami ingin menjadi perusahaan yang terintegrasi,” kata Deputy Chief Executive Officer Archi Indonesia Rudy Suhendra dalam diskusi bersama media di Kota Manado, Sulawesi Utara, Kamis, 25 November 2021.
Archi baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir Juni 2021. Perusahaan ini memiliki konsesi seluas 40 ribu hektare di tambang emas Toka Tindung, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Konsesi ini memiliki cadangan biji emas 3,9 juta ton dan dipegang lewat dua anak perusahaan yaitu yaitu PT Meares Soputan Mining (MSM) dan PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN).
MSM dan TTN sudah mulai menambang emas di konsesi ini sejak Januari 2011 di empat blok tambang dengan metode open pit (tambang terbuka) yaitu Blok Toka, Blok Kopra, Blok Araren, dan Blok Alaskar. Produksi emas tahunan saat ini mencapai 200 sampai 220 kilo ounces dengan kapasitas pabrik pengolahan 4 juta ton per tahun.
Pabrik ini menghasilkan produk gold bullion atau gold dore, yang masih berupa campuran emas dan perak. Gold dore kemudian dikirim oleh Archi ke PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam dan PT Bhumi Satu Inti atau BSI, untuk dilakukan pemurnian atau proses refinery. Hanya dua perusahaan tersebut yang mengantongi sertifikat pemurnian di tanah air.