TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan memperkirakan harga minyak goreng masih bergerak meningkat hingga tahun depan. Pasalnya, minyak sawit mentah atau CPO sebagai bahan baku dari minyak goreng termasuk ke dalam komoditas yang harganya melambung belakangan ini.
"Ini berpotensi untuk terus bergerak, bahkan kita prediksi sampai kuartal I 2022 masih meningkat terus. Karena termasuk komoditas yang supercycle yang harganya meningkat tajam. Di satu sisi harga supercycle memberi berkah, di sisi lain memberi dampak negatif untuk minyak goreng. Jadi ini naik terus dan ini kemungkinan beranjak naik terus," ujar Oke dalam sebuah diskusi daring, Rabu, 24 Januari 2021.
Untuk itu, Oke berujar bahwa pemerintah sudah berbicara dengan para produsen untuk menginformasikan secara rutin tentang posisi harga minyak goreng setiap waktu. "Harus ada edukasi kepada masyarakat bahwa beberapa komoditas kemungkinan naik."
Oke menyebut ada dua penyebab tingginya harga minyak goreng di pasaran belakangan ini, antara lain faktor global dan faktor di dalam negeri.
"Kenapa harga minyak goreng naik? Pertama, karena faktor bahan baku. Persoalan harga minyak goreng bukan hanya terjadi di Indonesia, ini gejolak global karena pasokan minyak nabati dunia menurun," ujar Oke.
Berdasarkan pantauan Kemendag, harga minyak goreng curah berada di kisaran Rp 17.000 per liter, sementara minyak goreng dalam kemasan di kisaran Rp 17.500 per liter. Tapi di banyak tempat harga minyak goreng masih di atas yang disebut pemerintah tersebut.