TEMPO.CO, Jakarta -Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA) bakal memperluas penempatan dana investasi di sejumlah proyek-proyek milik BUMN di tahun depan. Juru bicara INA Masyita Cyrstallin menyebut ada sembilan sektor yang bakal disasar dan pembicaraannya sudah mulai berjalan.
"Semua sektor ini pembicaraannya sudah dalam, sudah dengan masing-masing partner," kata dia saat bertemu sejumlah media di Jakarta, Jumat, 19 November 2021.
Baca Juga:
Adapun sembilan sektor tersebut yaitu jalan tol, pelabuhan, bandara, infrastruktur digital, kesehatan, energi tradisional, energi terbarukan, kawasan industri, dan terakhir pertanian perkebunan. Rata-rata nilai proyek ini bernilai US$ 1 sampai US$ 3 miliar. "Paling gede toll road," kata dia.
Salah satu yang paling dekat adalah investasi INA di empat ruas tol milik PT Waskita Karya (Persero) Tbk. "Itu sudah sampai pembicaraan terakhir," kata Masyita.
Dana yang disiapkan berasal dari investasi US$ 3,75 miliar atau Rp 53 triliun lebih oleh tiga lembaga yang sudah menetapkan modal di INA. Masing-masing menempatkan investasi US$ 1 miliar yang merupakan thematic fund atau investasi yang hanya mengalir ke jenis aset tertentu.
Ketiganya yaitu APG Asset Management (APG) dari Belanda, Caisse de dépôt et placement du Québec (CDPQ) dari Kandaa, dan Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) asal Uni Emirat Arab. Sementara, sisa US$ 750 juta berasal dari INA.
Tapi di luar itu, INA juga sudah menerima komitmen investasi untuk proyek lainnya. Salah satunya yaitu sebanyak US$ 7,5 miliar atau Rp 106 triliun lebih berasal dari komitmen investasi Dubai Ports World (DP World Dubai).
Ini adalah perusahaan logistik dan kargo global yang berbasis di Uni Emirat Arab. Lalu setelah itu, ada lagi tambahan dari Abu Dhabi Growth Fund (ADG) dengan komitmen mencapai US$ 10 miliar atau Rp 142 triliun lebih. Dana-dana inilah yang kemudian bakal ditempatkan di aneka proyek BUMN di tanah air.
Sementara di dalam negeri, Presiden Joko Widodo atau Jokowi pun juga sudah menyuntikkan dana segar berupa Penyertaan Modal Negara atau PMN untuk INA sejak akhir Oktober 2021. Di dalamnya, ada Rp 15 triliun dari APBN dan Rp 45 triliun lewat inbreng saham.
INA belum bisa menyampaikan spesifik proyek yang bakal diincar tahun depan. Tapi pada prinsipnya, kriteria yang digunakan INA saat berinvestasi di proyek tertentu tetap sama yaitu proyeknya profitable alias menguntungkan, pertimbangan internal rate of return (IRR), dan proyeknya sudah jadi. "Kalau yang belum jadi, sudah pasti INA tak bisa masuk," kata dia.
Baca Juga: Rencana Investasi Rp 53 T INA di Empat Ruas Tol Waskita Masuki Tahap Akhir