"Misalnya ibu rumah tangga, sedang ribet ngurus anak, tiga orang, jadi pengen cepat. Jadi pas ditelepon, semua data pribadi dikasih," kata Teguh.
Praktik penipuan ini, kata dia, bisa terjadi di semua platform. Tidak hanya telepon dari penipu, tapi juga ada link tak dikenal yang diterima seperti di WhatsApp. Lalu, pengguna diminta mengisi formulir yang ada di dalamnya.
Lebih jauh Teguh menjelaskan dirinya sudah mencoba mengembangkan situs khusus untuk mengecek kebocoran data yaitu periksadata.com. Di dalamnya, masyarakat bisa menuliskan email pribadi dan klik "periksa sekarang"
Bila tidak ada kebocoran, maka akan keluar tanda ucapan selamat. Tapi kalau pernah ada kebocoran, situs ini akan memberi tahu kapan dan dari mana sumber kebocoran data pengguna.
Ketika memang ada kebocoran, situs ini akan memberitahu langkah berikutnya yang bisa dilakukan. Ia berharap dengan adanya situs tersebut bisa turut membantu menekan jumlah kasus perbankan yang di masa pandemi ini terus bertambah.
Baca: Harga Batas PCR Turun Jadi Rp 275 Ribu, Berimbas ke Kualitas Tes?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.