Dia menambahkan fitur Kantong Jago yang terhubung dengan aplikasi Bibit dan Gojek juga membuat pengelolaan keuangan menjadi lebih disiplin, inovatif, dan kolaboratif. Selain berkolaborasi dengan Bibit dan Gojek, Jago bekerja sama dengan sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan lain berbasis digital.
Pola kerja sama pembiayaan (partnership lending) ini membuat Jago bisa ekspansi namun dengan pengelolaan risiko yang lebih terkendali. Hal ini tercermin pada rasio kredit bermasalah (NPL) yang berada di level 0,6 persen.
“Pencapaian ini mengonfirmasi bahwa bisnis model kami sudah tepat. Implementasi konsep kolaborasi dengan ekosistem digital dalam melayani nasabah terbukti membuat kami tumbuh anorganik, efektif, dan cepat,” kata Kharim.
Pertumbuhan kredit sebesar 502 persen, berdampak pada pendapatan bunga yang meningkat 478 persen menjadi Rp 355 miliar. Sementara itu, beban bunga hanya terkerek 104 persen menjadi Rp 38 miliar. Hal ini menghasilkan pendapatan bunga bersih senilai Rp 318 miliar, atau tumbuh 640 persen.
Net interest margin (NIM) kini berada di angka 6,1 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,4 persen. “Kemampuan menekan beban bunga tak lepas dari upaya Jago memperbanyak komposisi dana murah. Hingga akhir September 2021, total dana pihak ketiga mencapai Rp2,54 triliun, tumbuh 564 persen,“ ungkapnya.
Bank Jago berhasil menghimpun dana murah atau CASA sebanyak Rp 985 miliar, melonjak 1.031 persen. Sedangkan deposito senilai Rp 1,6 triliun, meningkat 42 persen.