Kharim menuturkan saat ini proporsi CASA terus membaik. Sebagai pembanding, porsi CASA pada September 2021 mencapai 38,72 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 22,74 persen, atau posisi akhir Juni sebesar 30,21 persen.
Pada kurun waktu yang sama, porsi deposito terhadap DPK telah menyusut dari 77,26 persen menjadi 69,79 persen dan kini 61,3 persen. “Porsi CASA yang terus membesar ini mempengaruhi struktur biaya dana sehingga berdampak positif pada perolehan margin. Peningkatan dana murah ini juga menunjukkan tingkat penerimaan publik yang semakin baik terhadap aplikasi Jago,” katanya.
Pertumbuhan kredit yang agresif, rasio NPL di level rendah, dan kemampuan memperbaiki struktur biaya dana, berdampak positif pada perolehan laba bersih (net profit after tax/NPAT) senilai Rp 14 miliar. Pencapaian pada kuartal III 2021 ini sekaligus memutus rantai kerugian yang membelit perseroan selama 6 tahun terakhir.
“Meski laba tahun berjalan masih negatif, kami tetap bersyukur atas pencapaian ini. Kami optimistis kinerja kami di masa mendatang akan terus membaik dan Jago akan menjadi bank digital yang profitable serta mampu untuk tumbuh secara berkelanjutan,” tutur Kharim.
Sementara itu, aset Bank Jago mencapai Rp 11 triliun per akhir September 2021, tumbuh 536 persen. Adapun permodalan mencapai Rp8 triliun, sangat solid untuk menunjang ekspansi dan rencana bisnis Jago ke depan.
BISNIS
Baca juga: Ribbit Capital Beberkan Alasan Mau jadi Investor Baru Bank Jago
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.