TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pembangunan Prasarana LRT Jabodebek Ferdian Suryo Adhi Pramono tak memungkiri dampak mundurnya proyek kereta layang ringan akan berpengaruh terhadap nilai investasi dari sisi prasarana maupun sarana. Nilai investasi akan bertambah karena bunga pinjaman di bank atau interest terus meningkat.
“Tapi yang tidak kita hindari adalah interest. Mau enggak mau bunga bank satu tahun kan interest-nya pasti bertambah,” ujar Ferdian saat ditemui Tempo di Stasiun Harjamukti, Cibubur, Senin, 18 Oktober 2021.
Ferdian mengatakan perubahan nilai investasi itu kecil ketimbang angka perkiraan pada awal proyek berlangsung. Perubahan tersebut pun sudah diperhitungkan dalam adendum penyesuaian kontrak yang ditandatangani pada 2020.
Adapun proyek LRT setelah adendum memiliki nilai kontrak Rp 23,3 triliun. Angka itu sudah termasuk dengan pajak. Ferdian menjelaskan, perhitungan penyesuaian nilai investasi telah melalui proses peninjauan dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
“Sudah ada review dari BPKP, untuk infrastruktur prasarananya sudah diperhitungkan. Sedangkan dari sisi sarana , dari KAI juga sudah ada proses review-nya,” tutur Ferdian.
Laporan ihwal adanya penyesuaian nilai investasi proyek pun telah diserahkan kepada Kementerian Keuangan. “Sudah dilaporkan ke Kemenkeu dan sudah masuk ke coverage,” ujar Ferdian.